Sungguh, tajassus dan semua sifat jelek manusia itu hanya terjadi karena kebiasaan dalam hidupnya. Dan karena tidak tahu hukum dalam agama, gak ngerti agama. Bilangnya belajar, tapi nyatanya gak dilaksanakan. Kita patut prihatin.
Â
Mengapa bisa terjadi?
Karena kita lebih senang berpikir yang negatif dan prasangka buruk, baik untuk diri sendiri apalagi orang lain.
Kadang-kadang banyak manusia gak rela untuk berbaik sangka kepada orang lain. Gak mau berpikir positif sehingga mengorbankan segalanya yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Â
Berhentilah tajassus, berhentilah mencari kesalahan orang lain. Agar kita tidak sibuk mengurusi urusan orang lain. Sibuklah untuk urusan diri sendiri yang belum tentu sudah benar kita lakukan.
Jika kita terbiasa tajassus atau berpikir negatif, bisa jadi gunung pun disalahkan karena tidak memberikan keuntungan kepada kita. Kita lupa gunung adalah anugerah Allah Yang Maha Kuasa. Di mata para penggemar tajassus, gunung tidak lagi indah. Tapi merusak pemandangan. Kita itu manusia. Suka lupa mana yang boleh mana yang gak boleh. Mana yang benar mana yang gak benar. Mana yang berdosa mana yang gak berdosa. Maunya nyari salah orang lain. Padahal diri kita belum tentu benar. Katanya manusia makhluk yang gak sempurna, itu artinya orang lain atau diri kita sendiri juga gak sempurna. Sebelum cari salah orang lain, cari dulu salah diri sendiri. Itu fair dan bagus banget. Tulisan ini untuk mengingatkan kita, kamu dan aku. Okehh.
Kata pepatah, semut di seberang lautan tampak; gajah di pelupuk mata tak tampak.
Karena kita egois, terlalu bernafsu untuk mencari kesalahan orang lain.
#BelajarDariOrangGoblok
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H