Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - mantan wartawan - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puasanya Surti: Saat Aku Menyendiri ...

25 Juni 2015   00:09 Diperbarui: 14 Juni 2016   22:38 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Menyendirilah sesekali di saat kita membutuhkannya. Karena setiap manusia pasti butuh menyendiri” papar Tono lagi.

Surti tak kuasa menahan haru dirinya. Tenggelam dalam renungan untuk menyendiri. Larut untuk segera berhijrah, dan menyendiri seperti yang dilakukan suaminya malam ini. Surti masih tertegun ...

Tono pun melanjutkan nasehatnya tentang menyendiri. Iya merenung tentang diri sendiri. Agar bisa tetap bersama sang pencipta. Dalam keadaan apapun, dalam situasi bagaimanapun.

"Ketahuilah Bu, menyendiri berarti kita berhenti sejenak. Kita tidak bergerak kemana-mana. Melainkan hanya merenung. Merenungkan perjalanan yang telah dilewati. Agar kita bisa lebih baik di hari esok" tukas Tono lagi.

“Bagaimana jika kita tidak pernah menyendiri, Mas?” tanya Surti.

“Siapa yang tidak pernah menyendiri di dunia hendaklah jangan menyesal di akhirat nanti. Apalagi saat kita punya masalah. Sedang gundah atau galau. Maka mereka akan menolakmu. Kecuali kamu menyetor wajah seperti yang mereka mau. Kamuflase. Ingatlah, kita punya Allah SWT. Kita adalah diri sendiri. Bukan orang lain. Maka mendekatlah pada-Nya. Temukanlah diri kita dalam kesendirian kita, bukan pada keramaian mereka” jawab Tono.

Surti pun tak kuasa menyimak nasehat Tono. Menetes air matanya. Ia ingin menyendiri. Segera mendekat pada Allah SWT. Mumpung di bulan puasa. Lampu pun dimatikannya. Surti ingin menyendiri, untuk uzlah....#Puasanya Surti.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun