Mohon tunggu...
M Syarbani Haira
M Syarbani Haira Mohon Tunggu... Jurnalis - Berkarya untuk Bangsa

Pekerja sosial, pernah nyantri di UGM, peneliti demografi dan lingkungan, ngabdi di Universitas NU Kal-Sel

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mao Ze Dong dan Misteri Kemajuan Tiongkok

12 Oktober 2019   00:51 Diperbarui: 12 Oktober 2019   00:55 5907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mao Ze Dong, tokoh Tiongkok yang Misterius (foto : www.bombastim.com)

Tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kawasan Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Tanggal 9 Agustus itu juga Uni Soviet mendadak melakukan penyerbuan ke koloni Jepang di Manchuria. Kaisar Hirohito sangat terkejut atas kejadian yang sangat mendadak tersebut. 

Langkahnya pun realistis, ia segera memerintahkan Dewan Penasehat Militer Jepang untuk bersikap, dan siap menerima semua tawaran dari pihak Sekutu.

Tindak lanjut dari perkembangan tersebut, melalui pidato radio, Hirohito membacakan Perintah Kekaisaran berupa kapitulasi, sekaligus maklumat Jepang pada rakyatnya, bahwa mereka telah menyerah pada Sekutu. 

Upacara kapitulasi itu dilangsungkan di atas kapal perang Amerika, Missouri,  02 September 1945. Isinya, "Jepang resmi kalah, dan mengakhiri Perang Dunia II 

Pada Perang Dunia ini musuh Jepang tak hanya sekutu, seperti Inggris, Prancis, AS, Uni Soviet dan lainnya, melainkan juga beberapa negara Asia yang pernah menjadi koloninya. Misalnya Tiongkok atau China, juga Indonesia. 

Perang antara Jepang melawan Tiongkok termasuk perang besar, baik selama atau sebelum Perang Dunia II ini.Tak hanya itu, Perang Jepang vs Tiongkok ini merupakan yang terbesar selama abad ke-20 lalu, khusus untuk kawasan Asia.

Menurut dokument, perang Jepang vs Tiongkok ini dimulai sejak 1931. Kemudian membesar tahun 1937. Penyebabnya soal klasik, Jepang ingin menguasai Tiongkok, baik secara politis atau militer, semata untuk memperoleh cadangan bahan baku, serta sumber daya alam Tiongkok yang banyak itu. 

Selama perang berlangsung, korban terbesar dialami Tiongkok, mencakup 3.8 juta pasukan militer, dan 17.5 juta penduduk sipil. Sementara korban pihak Jepang hanya 1.9 juta. Jika pada akhirnya Tiongkok bisa memenangkan peperangan ini, karena adanya bom atom yang dijatuhkan Amerika, serta serangan mendadak Uni Soviet pada koloni Jepang di Manchuria.

Perubahan Politik di Tiongkok

Selama Perang Jepang vs Tiongkok, semua elemen di Tiongkok bersatu padu. Tak peduli nasionalis, mau pun yang komunis. Pemerintahan resmi selama masa perjuangan tersebut adalah kaum nasional, yang dipersonifikasikan melalui Partai Koumintang (KMT). Partai ini dipimpin seorang tokoh pejuang Tiongkok, bernama Chiang Kai-shek.

Pada saat pimpinan nasionalis Tiongkok melakukan perang melawan Jepang, juga tergabung dan sedang berkembang Partai Komuni Tiongkok. Partai ini dipimpin anak muda heroik, cerdas dan pemberani, bernama Mao Ze Dong. Pengagum ajaran Konfusianisme ini sejak kecil bercita-cita menjadi guru. Mao berasal dari desa Shaoshan, Provinsi Hunan, 26 Desember 1893. Mao dididik oleh ayahnya dengan disiplin yang ketat. Ayahnya seorang petani yang kaya di wilayahnya.

Beberapa kejadian yang menimpanya sejak kecil, termasuk saat usia 10 Mao dipaksa kawin oleh ayahnya dengan seorang perempuan berusia 17 tahun, membuat Mao menjadi pemberontak. Di usia muda Mao sempat menjadi asisten pustakawan di Universitas Beijing. 

Kesadaran berpolitiknya muncul ketika ia rajin membaca buku, termasuk buku karangan Zheng Guanying . Tak heran jika Mao belakangan menyukai sejarah Presiden Amerika pertama, George Washington. Selain itu, Mao juga senang profil Kaisar Perancis, Napaleon Bonaparte.

Tahun 1911 terjadi Revolusi Xinhua yang menantang monarki. Tahun 1912 Pasukan Revolusi dari pasukan Koumintang, dari Partai Nasionalis, berhasil mengubur dinasti China, Dinasti Qing atau Manchu untuk selama-lamanya. Salah satu pimpinan revolusi adalah Jenderal Sun Yat Sen. Ia kemudian mendirikan Republik China. 

kompas.com mencatat, kala itu Mao sangat bersuka cita. Mao kemudian berhenti sebagai tentara, untuk meneruskan studi. Selain bergabung dengan Koumintang, Mao juga tertarik pemikiran Lenin. 

Akhirnya, Mao bergabung Partai Komunis. Meski begitu ia tetap menjalin hubungan dengan Sun dari kelompok nasionalis, karena Sun berkenan mengakomodasi Partai Komunis. Kematian Sun Maret 1925, yang digantikan Chiang Kai-shek mulai muncul masalah. Selain terlalu konservatif dan tradisional, Chiang juga mulai membersihkan negara dari anasir komunis. 

Mao akhirnya membentuk Pasukan Merah, dengan kekuatan yang sangat besar. Mao terus melakukan gerilya, sembari berkampanye untuk mengajak rakyat Tiongkok agar bergabung melawan koloni asing, khususnya Jepang. 

Ekspansi Kekaisaran Jepang bulan Juli 1937, memaksa Chiang Kai-shek mengungsi ke Nanking. Pasukan Koumintang banyak kehilangan anggotanya. Bersamaan dengan itu, Mao Zedong diangkat sebagai pimpinan militer yang tergabung dalam Pasukan Merah. 

Agustus 1940, Mao melakukan penyerangan terhadap tentara Jepang di 5 provinsi sekaligus. Hasilnya, Mao mendapatkan kemenangan gemilang. 

Sampai dengan kekalahan Jepang pada Sekutu September 1945, Mao tetap berjuang. Jika sebelumnya ia melawan koloni asing khususnya Jepang, kemudian Mao melawan pemerintahan nasionalis dari Partai Koumintang (KMT), pimpinan Chiang Kai-shek. 

Padahal kala itu, pemerintahan nasionalis sudah lari ke sebuah pulau, di selatan Provinsi Fujian. Baru 4 tahun kemudian, tepatnya 1 Oktober 1949, Mao Zedong resmi mendirikan negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kala itu, Mao hampir menguasai semua kawasan yang ada di Tiongkok daratan.

Usai deklarasi pendirian RRT tersebut, Amerika dkk tidak mengakui. PBB pun hanya mengakui Republik Tiongkok yang berpusat di Taiwan. Sebagai negara pemenang Perang Dunia II, Republik Tiongkok kala itu sudah menjadi Anggota Tetap DK PBB, bersama AS, Inggris, Uni Soviet dan Perancis.

Gerakan Modernisasi

Walau demikian, Mao tak mempedulikannya. Walau kala itu Tiongkok daratan yang komunis berpenduduk sekitar 800 juta, sementara Tiongkok kepulauan hanya 10 juta orang. Mao terus dengan program pembangunannya, mensejahterakan bangsa.

Tahun 1960-an, saat Amerika dipimpin Richard Nixon, dengan persetujuan Uni Soviet Amerika mendekati RRT. Mereka sepakat RRT daratan lah yang berhak menjadi Anggota Tetap DK PBB. Kemudian, pada tahun 1972, RRT resmi ditetapkan menjadi DK PBB, menggantikan Taiwan.   

Sejalan dengan itu Mao gencar melakukan modernisasi, untuk memacu pertumbuhan perekonomiannya. Mao juga melancarkan "Revolusi Kebudayaan". 

Langkah awal yang dilakukannya adalah membentuk birokrasi partai hingga ke tingkat desa. Ia juga memperbaiki sistem ekonomi sosialis. Gagasan Mao lainnya adalah melakukan gerakan revisionis dan penempuh jalan kapitalis. 

Presiden Liu Xiaoqi sebagai ekskutif melancarkan "empat kebebasan", yaitu : kebebasan untuk melaksanakan sistem kredit berbunga, mempekerjakan buruh, menjual tanah dan menyelenggarakan perusahaan pribadi (sebagian dari empat kebebasan ini sesungguhnya bertantangan dengan kehendak Mao).

Meski memerintah dengan tangan besi, Mao selalu menanamkan doktrin moral sosialis. Maka itu etos kerja, kemauan dan kekuatan harus ditumbuhkan. 

Sedang watak egois, rakus dan korup harus dibasmi. Hasilnya, perekonomian RRT membaik, hingga hari ini. Pakar ekonomi dunia Dr Mahbub ulbHaq sangat mengaguminya. Menurutnya, model China ini merupakan contoh yang patut diperhatikan oleh semua negara sedang berkembang.

Pasca dilontarkannya "Revolusi Kebudayaan" bermunculanlah proyek-proyek raksasa yang sangat padat karya. Berjuta-juta pemuda dikirim ke ladang dan sawah. Format ini, oleh sosiolog Peter L Berger disebut sebagai kasus paling penting mewakili Dunia Ketiga, yang menempuh secara radikal jalan sosialis dalam proses pembangunan.

Kini Mao Zedong sudah tiada. Wafat September 1976. Tokoh ini sangat misterius. Ia pernah gagal. Salah satunya "Lompatan Besar ke Depan" yang digagas 1958. Tujuannya untuk meningkatkan produksi industri dan pertanian Tiongkok. 

Meski gagasan besarnya ini mengalami kegagalan karena masalah alam, Mao pun tak pernah kapok menggagas pembangunan, semata untuk memajukan negara dan kesejahteraan rakyatnya. 

Negara Tiongkok hari ini berada dalam pusaran ekonomi dunia yang brilian. Amerika pun kelimpungan. Perang dagang keduanya terus menggelora. RRT terus unggul dibidang teknologi.

Pertanyaannya, mau kah Indonesia sebagai negara berkembang bercermin pada model Tiongkok ? Tanpa persis ngekor langkahnya Mao Ze Dong. Seharusnya negeri ini tak harus munafik. 

Jika ada yang bagus, ikuti. Jika tidak, tinggalkan. RRT sudah memberi contoh nyata, bagaimana membangun bangsa, sekaligus memajukan perekonomiannya. Berikut juga sumber dayanya. Sebagai bangsa merdeka, Indonesia 4 tahun lebih tua ketimbang Tiongkok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun