Pada saat pimpinan nasionalis Tiongkok melakukan perang melawan Jepang, juga tergabung dan sedang berkembang Partai Komuni Tiongkok. Partai ini dipimpin anak muda heroik, cerdas dan pemberani, bernama Mao Ze Dong. Pengagum ajaran Konfusianisme ini sejak kecil bercita-cita menjadi guru. Mao berasal dari desa Shaoshan, Provinsi Hunan, 26 Desember 1893. Mao dididik oleh ayahnya dengan disiplin yang ketat. Ayahnya seorang petani yang kaya di wilayahnya.
Beberapa kejadian yang menimpanya sejak kecil, termasuk saat usia 10 Mao dipaksa kawin oleh ayahnya dengan seorang perempuan berusia 17 tahun, membuat Mao menjadi pemberontak. Di usia muda Mao sempat menjadi asisten pustakawan di Universitas Beijing.Â
Kesadaran berpolitiknya muncul ketika ia rajin membaca buku, termasuk buku karangan Zheng Guanying . Tak heran jika Mao belakangan menyukai sejarah Presiden Amerika pertama, George Washington. Selain itu, Mao juga senang profil Kaisar Perancis, Napaleon Bonaparte.
Tahun 1911 terjadi Revolusi Xinhua yang menantang monarki. Tahun 1912 Pasukan Revolusi dari pasukan Koumintang, dari Partai Nasionalis, berhasil mengubur dinasti China, Dinasti Qing atau Manchu untuk selama-lamanya. Salah satu pimpinan revolusi adalah Jenderal Sun Yat Sen. Ia kemudian mendirikan Republik China.Â
kompas.com mencatat, kala itu Mao sangat bersuka cita. Mao kemudian berhenti sebagai tentara, untuk meneruskan studi. Selain bergabung dengan Koumintang, Mao juga tertarik pemikiran Lenin.Â
Akhirnya, Mao bergabung Partai Komunis. Meski begitu ia tetap menjalin hubungan dengan Sun dari kelompok nasionalis, karena Sun berkenan mengakomodasi Partai Komunis. Kematian Sun Maret 1925, yang digantikan Chiang Kai-shek mulai muncul masalah. Selain terlalu konservatif dan tradisional, Chiang juga mulai membersihkan negara dari anasir komunis.Â
Mao akhirnya membentuk Pasukan Merah, dengan kekuatan yang sangat besar. Mao terus melakukan gerilya, sembari berkampanye untuk mengajak rakyat Tiongkok agar bergabung melawan koloni asing, khususnya Jepang.Â
Ekspansi Kekaisaran Jepang bulan Juli 1937, memaksa Chiang Kai-shek mengungsi ke Nanking. Pasukan Koumintang banyak kehilangan anggotanya. Bersamaan dengan itu, Mao Zedong diangkat sebagai pimpinan militer yang tergabung dalam Pasukan Merah.Â
Agustus 1940, Mao melakukan penyerangan terhadap tentara Jepang di 5 provinsi sekaligus. Hasilnya, Mao mendapatkan kemenangan gemilang.Â
Sampai dengan kekalahan Jepang pada Sekutu September 1945, Mao tetap berjuang. Jika sebelumnya ia melawan koloni asing khususnya Jepang, kemudian Mao melawan pemerintahan nasionalis dari Partai Koumintang (KMT), pimpinan Chiang Kai-shek.Â
Padahal kala itu, pemerintahan nasionalis sudah lari ke sebuah pulau, di selatan Provinsi Fujian. Baru 4 tahun kemudian, tepatnya 1 Oktober 1949, Mao Zedong resmi mendirikan negara Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Kala itu, Mao hampir menguasai semua kawasan yang ada di Tiongkok daratan.