Tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kawasan Hiroshima dan Nagasaki, Jepang. Tanggal 9 Agustus itu juga Uni Soviet mendadak melakukan penyerbuan ke koloni Jepang di Manchuria. Kaisar Hirohito sangat terkejut atas kejadian yang sangat mendadak tersebut.Â
Langkahnya pun realistis, ia segera memerintahkan Dewan Penasehat Militer Jepang untuk bersikap, dan siap menerima semua tawaran dari pihak Sekutu.
Tindak lanjut dari perkembangan tersebut, melalui pidato radio, Hirohito membacakan Perintah Kekaisaran berupa kapitulasi, sekaligus maklumat Jepang pada rakyatnya, bahwa mereka telah menyerah pada Sekutu.Â
Upacara kapitulasi itu dilangsungkan di atas kapal perang Amerika, Missouri, Â 02 September 1945. Isinya, "Jepang resmi kalah, dan mengakhiri Perang Dunia IIÂ
Pada Perang Dunia ini musuh Jepang tak hanya sekutu, seperti Inggris, Prancis, AS, Uni Soviet dan lainnya, melainkan juga beberapa negara Asia yang pernah menjadi koloninya. Misalnya Tiongkok atau China, juga Indonesia.Â
Perang antara Jepang melawan Tiongkok termasuk perang besar, baik selama atau sebelum Perang Dunia II ini.Tak hanya itu, Perang Jepang vs Tiongkok ini merupakan yang terbesar selama abad ke-20 lalu, khusus untuk kawasan Asia.
Menurut dokument, perang Jepang vs Tiongkok ini dimulai sejak 1931. Kemudian membesar tahun 1937. Penyebabnya soal klasik, Jepang ingin menguasai Tiongkok, baik secara politis atau militer, semata untuk memperoleh cadangan bahan baku, serta sumber daya alam Tiongkok yang banyak itu.Â
Selama perang berlangsung, korban terbesar dialami Tiongkok, mencakup 3.8 juta pasukan militer, dan 17.5 juta penduduk sipil. Sementara korban pihak Jepang hanya 1.9 juta. Jika pada akhirnya Tiongkok bisa memenangkan peperangan ini, karena adanya bom atom yang dijatuhkan Amerika, serta serangan mendadak Uni Soviet pada koloni Jepang di Manchuria.
Perubahan Politik di Tiongkok
Selama Perang Jepang vs Tiongkok, semua elemen di Tiongkok bersatu padu. Tak peduli nasionalis, mau pun yang komunis. Pemerintahan resmi selama masa perjuangan tersebut adalah kaum nasional, yang dipersonifikasikan melalui Partai Koumintang (KMT). Partai ini dipimpin seorang tokoh pejuang Tiongkok, bernama Chiang Kai-shek.