Mohon tunggu...
Syantika
Syantika Mohon Tunggu... Freelancer - Ayo menulis

Menulis ternyata asyik

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Setelah Pensiun, Ngapain Ya?

3 Desember 2021   09:54 Diperbarui: 9 Desember 2021   15:00 1827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilsutrasi memasuki masa pensiun | Dokumentasi pribadi

Dalam satu tahun ke depan ini, saya akan memasuki masa pensiun. Selanjutnya, dalam ruang yang sangat terbatas ini, saya akan menceritakan isi hati saya, menghadapi masa pensiun yang misterius itu. Kenapa misterius? 

Karena sepengetahuan saya, banyak orang yang akan memasuki masa pensiun mulai bingung, tentang keadaan seperti apa kehidupan setelahnya.

Tentang hal ini, para bijaksana dalam berbagai cerita, berita, maupun fakta menyatakan bahwa masa pensiun itu bagaikan mata uang dengan dua sisi: sisi suram dan sisi terang.

Para pembaca yang budiman, sebelum melanjutkan curhat ini, perkenankan saya memperkenalkan diri secara singkat. 

Saya ini seorang perempuan setengah baya yang beruntung menjadi pegawai di Kementerian Keuangan. 

Saat ini saya diberi kepercayaan sebagai Kasubbag Keuangan, pada Kantor Wilayah DJPB Provinsi Kalimantan Tengah.

Secara umum kantor saya mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pembinaan, supervisi, asistensi, bimbingan teknis, dukungan teknis, monitoring, evaluasi, analisis, kajian, penyusunan laporan, dan pertanggung jawaban di bidang perbendaharaan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Tugas saya tersebut sangat membutuhkan ketelitian, sebab berhubungan dengan masalah keuangan. Namun jangan sangka saya punya banyak uang ya, sebab uang negara yang saya kelola hanya dalam bentuk hitungan angka-angka saja. 

Uang negara tersebut secara fisik dipegang oleh staf bendahara, yang bertanggung jawab langsung kepada Menteri Keuangan untuk melaksanakan tugas menyimpan, membayar dan membukukan serta mempertanggungjawabkan keuangan di kantorku.

Saya bekerja menjadi pegawai di Kementerian Keuangan sejak berumur 19 tahun dan saat ini memasuki usia 58 tahun, pada bulan Desember ini. 

Pada masa itu yakni tahun 1983, jam kerja di kantor kami dimulai dari pagi pukul 07.00 WITA sampai sore pukul 16.00 WITA, sementara saat ini jam kerja kantorku berubah menjadi 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB dengan istirahat pukul 12.15-13.00 WIB. 

Ini berarti sejak dulu saat muda belia saya harus pintar-pintar membagi waktu antara pekerjaan kantor dan keluarga. 

Dengan upaya dan akrobat sedemikian rupa, saya bersyukur urusan rumah tangga dan kantor sampai saat ini bisa terlaksana dengan baik. Tentu ini tidak lepas dari bantuan anak-anak dan suami tercinta. 

Ilsutrasi memasuki masa pensiun | Dokumentasi pribadi
Ilsutrasi memasuki masa pensiun | Dokumentasi pribadi

Setelah kurang lebih 35 tahun mengabdi, tidak terasa, tahun depan yang akan datang sebentar lagi, tepatnya pada bulan Januari 2022, saya akan memasuki masa pensiun.

Tentu ada yang beranggapan bahwa saya sudah bisa rileks, sebab sebentar lagi sudah bulan Januari 2022, dan saya sudah pensiun. 

Nah, mohon maaf, anggapan ini sungguh salah. Sebab suka tidak suka, saya harus tetap rajin bekerja di kantor, karena justru bulan Desember ini merupakan bulan yang penting, genting, dan merupakan puncak dari seluruh aktivitas pengelolaan dana APBN. 

Itu bukan hanya untuk kantor saya saja loh ya, tapi juga untuk semua satuan kerja lainnya baik pusat maupun daerah.

Dengan latar belakang aktivitas tersebut, kini saatnya saya akan berbagi cerita tentang perasaan dan persiapan saya menghadapi masa pensiun yang harus saya hadapi pada bulan Januari 2022 yang akan datang.

Kembali kepada yang saya katakan terdahulu, terkait masalah pensiun, para bijaksana dalam berbagai cerita, berita, maupun fakta menyatakan bahwa masa pensiun itu bagaikan mata uang dengan dua sisi: sisi gelap dan sisi terang.

Dari sisi gelap, banyak orang yang menyatakan bahwa memasuki kehidupan di masa pensiun akan berubah menjadi suram ke arah gelap, karena mengalami paling tidak sepuluh hal berikut:

  • Kesepian dan tidak bisa lagi bertemu dengan teman-teman di kantor,
  • Tidak bisa lagi berseragam Kemenkeu/kantor,
  • Tidak lagi dianggap produktif,
  • Ada semacam post-power syndrome,
  • Kondisi kesehatan pensiunan biasanya semakin menurun, seiring dengan pertambahan usia,
  • Penampilan tidak menarik karena wajah dan tubuh melar dan makin banyak kerutnya,
  • Merasa semakin tidak berguna,
  • Mengalami stres tingkat dewa karena keuangan mengalami defisit.

Pokoknya dari sisi gelap banyak hal yang semua serba suram dan menakutkan.

Menurut pendapat saya, pemahaman pesimis seperti inilah yang tanpa disadari mempengaruhi persepsi seseorang, sehingga orang yang bersangkutan menjadi over sensitif dan subyektif terhadap stimulus yang ditangkap. 

Pada gilirannya kondisi tersebut akan mengakibatkan orang yang bersangkutan jadi sakit-sakitan saat masa pensiun tiba.

Sungguh, saya tidak sependapat dengan sikap pesimis, seperti pada pandangan sisi gelap yang digambarkan di atas. 

Saya tidak mau menjadi manusia yang over sensitif dan subyektif terhadap stimulus yang ada. Lalu pada gilirannya saya jadi sakit-sakitan saat masa pensiun tiba. Oh No! Semoga tidak terjadi demikian ya.

Selanjutnya, juga menurut para bijaksana dalam berbagai cerita, berita, maupun fakta, dan hasil sharing dengan para sahabat saya, ternyata masa pensiun itu juga dapat dilihat dari sisi terang. 

Berdasarkan sisi terang tersebut, ke depan saya akan menghadapi masa pensiun dengan beberapa langkah seperti ini:

Pertama, kemungkinan besar saya memang tidak bisa lagi bertemu dengan teman-teman di kantor. Namun itu tidak berarti bahwa saya harus kesepian. 

Sesungguhnya saya termasuk manusia yang beruntung karena sejak muda saya mempunyai kesempatan dan pandai membagi waktu, untuk bersosialisasi bersama para sahabat yang sebagian besar juga ASN. 

Kebetulan secara umur saya paling muda dari para sahabatku itu, sehingga mereka lebih dulu pensiun. 

Nah, dari mereka itulah saya mendapat masukan dan pengalaman apa yang mereka rasakan dan alami saat awal memasuki masa pensiun.

Kedua, memang ada orang yang senang dengan pakaian seragam. Namun saya pikir justru saat pensiun lah saya punya kesempatan berpakaian bebas setiap hari, dengan berbagai model yang saya miliki sesuai dengan kehendak saya.

Ketiga, saya yakin bahwa saya akan tetap produktif. Sebenarnya jauh di lubuk hati terdalam, saya sering memimpikan dan berkhayal bahwa saat pensiun saya akan punya banyak waktu untuk kegiatan rohani dan gereja. 

Perlu saya kemukakan, bahwa selama saya aktif bekerja, saya nyaris tidak dapat mengikuti kegiatan paduan suara gereja yang tentu membutuhkan latihan yang intens. 

Demikian juga saya tidak bisa mengikuti kebaktian rutin di rumah jemaat, karena dimulai pukul 16.00 sore. Jadinya saya selalu alpa tak dapat hadir karena masih bekerja.

Keempat, terkait post-power syndrome, saya harus bersyukur karena saya bukan pejabat tinggi yang harus dilayani. Tetapi saya justru jadi pegawai yang terbiasa jadi pelayan di kantor tempatku bekerja. 

Dulu saat ditempatkan di KPPN selalu melayani satker mitra kerja. Sekarang ini juga tetap sama melayani pegawai kantorku. Jadi, untuk masalah post-power syndrome mungkin tidak jadi masalah yang berarti. 

Keempat, bahwa kondisi kesehatan pensiunan biasanya semakin menurun seiring dengan pertambahan usia, memang itu adalah hal yang alami. Namun saya yakin dengan pertolongan Tuhan yang senantiasa mengaruniakan kegembiraan di hati saya.

Saya yakin, saya bisa tetap mensyukuri keadaan alami tersebut. Saya juga meyakini bahwa kegembiraan di hati saya tersebut dikaruniakan kepada saya lewat kegiatan rohani dan gereja, serta mengikuti kegiatan paduan suara gereja.

Kelima, soal penampilan yang tidak menarik setelah pensiun, saya rasa itu juga merupakan peristiwa alami yang justru patut disyukuri. 

Diusahakan bagaimana pun juga, keriput dan uban sesungguhnya merupakan peristiwa yang pasti dialami oleh orang yang dikaruniai umur tua. 

Saya perlu selalu mengingat, bahwa sudah banyak teman-teman saya yang justru tidak pernah mengalami masa tua dan pensiun, sebab saat muda sudah dipanggil Tuhan.

Saya yakin bahwa saat pensiun, saya akan merasa tetap berguna terutama bagi keluarga saya.

Saya sadar bahwa seiring berjalannya waktu anak-anak saya akan menikah dan pergi meninggalkan rumah.

Namun toh ada mantan pacar alias suamiku tercinta yang penuh perhatian kepadaku. Ada juga para sahabat yang selalu menunggu kehadiranku untuk berkongkow ria untuk sharing segala masalah kehidupan dan melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat bersama sehingga tidak ada waktu untuk melamun dan bersedih. 

Satu hal lagi yang terpenting, saya bisa sepenuhnya meluangkan waktuku untuk melayani Tuhan di sisa hidupku, hal yang selalu kuimpikan dan nyaris tak dapat saya lakukan saat masih aktif bekerja

Mungkin saja satu tahun di awal masa pensiun, yaitu masa penyesuaian, saya akan mengalami sedikit gangguan stres yang mengakibatkan mencret-mencret, sedikit pusing-pusing, atau tidak enak badan. Mengapa demikian? 

Sebab saya terbiasa bekerja dari pagi sampai sore hari dan menerima penghasilan yang lumayan besar setiap bulannya (menurut ukuran saya). 

Perubahan besar mendadak tidak ngantor lagi alias menganggur disertai penghasilan menukik menurun dengan tajam ini tak dapat dipungkiri bisa membuat saya sedikit terganggu. 

Tapi saya yakin hal itu tidak akan berlangsung lama, karena saya sudah berlatih hidup lebih sederhana dan hemat sejak awal tahun ini. 

Selain itu saya juga sudah memiliki usaha kecil-kecilan yang akan lebih saya tekuni lagi nanti saat pensiun. Tentu itu yang akan membuat saya sibuk, sehingga saya tidak ada waktu untuk bertopang dagu, bersedih, kesepian, atau melamun yang tidak jelas dan tak berguna.

Sebagai langkah terakhir, saya perlu mengubah mindset untuk selalu bersyukur dan mensyukuri berkat yang Tuhan beri. 

Bersyukur karena boleh menikmati masa pensiun sementara banyak teman-temanku yang mati muda, bersyukur masih diberi kesehatan yang prima sampai saat ini meski di tengah pandemi covid-19. Bersyukur karena sudah tidak aktif bekerja masih dibayar pemerintah.

Para pembaca yang budiman, tetap sehat dan waras setelah pensiun itu pilihan. Untuk itu, saya memilih akan menyikapi masa pensiun lewat sisi terang. 

Saya memilih akan menghadapi dan menjalani masa pensiun dengan sikap optimis, agar tetap sehat dan waras pada masa pensiun. 

Semoga Tuhan menolong saya dan para pembaca yang kebetulan juga akan menghadapi masa pensiun, amin.

Sampai di sini dulu cerita saya. Salam sehat dan semoga bermanfaat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun