Mohon tunggu...
Syamsuddin Juhran
Syamsuddin Juhran Mohon Tunggu... Oposisi Intelektual -

Ilustrasimu, Imajinasiku . . .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Fitrah; "Bahasa (Nafas) Persatuan"

23 Januari 2016   09:45 Diperbarui: 23 Januari 2016   11:08 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillahirrahmanirrohim.

Allah’humma shalli ala Muhammad wa alihi Muhammad.

Bahasa Epistemologi adalah bahasa Jiwa “Kejujuran” dan “Powerfull be Faith”. Penulis pahami bahwa Indra mencerap dengan Kepolosannya begitu juga Rasio yang selalu menghendaki kebenaran atara fakta dan ide.

Ontologi filsafatpun focus pada Eksitensialism “KeberAdan” diantara keragaman. Sedangakan Konten pengkajian ontologi irfan berakhir pada DiriNya (dzat), hanya Allah ta’alah sendiri bersaksi bahwa tiada selainya, diri kita (sifat) terputus untuk sampai menyentuh dzatiNya, maka hanya ada satu-satunya harapan dan realis untuk samapai padaNya yakni melalui Nafaz yang ia ajarkan pada Hujjahnya “Arrishikuna fil ilm” sandaran seluruh Nilai “Rahmatan lil Alamin” dan sebagai suluk kepadaNya.

Namun bukan prihal diatas fokus bahasan, adapun penulis paparkan secara singkat agar pembaca nantinya tidak terlalu jauh sesat dalam memahi maksud penulis, minimal ada persinggungan antara mahfum penulis dan mahfum pembaca.

Perenungan penulis sekarang ini ihwal;

1. Bagaimana Diri kita (manusia) dalam mengaktualkan seluruh daya dengan relasinya terhadap kehidupan Kolektif?

2. Bagaimana Islam sebagai “jalan” mampu menjawab keragaman di alam?

Hidup secara kolektif tidak terlepas dari pelbagai indikasi adanya tendesi-tendensi dari interen (persepsi) maupun eksteren (pahaman) yang disinyalir mampu merubah akar kehidupan (budaya, hukum dan etika) individu-sosial.

Problematik manusia (in-sos) ialah prihal eksistens (pengakuan) tetang adanya dirinya melalui perbuatan-perbuatan yang ia kehendaki dengan keadaan sadar/tidak sadari. Dari pelbagai aspek nilai manusia kontemporer dewasa ini dihadapakan dengan kondisi modernis yang penuh dengan warna dan kebisiangan sehingga manusia terjebak dengan opsi-opsi (varian) material-non-material yang menghegemoni aspek lahiriahnya yakni mental dan aspek batiniahnya yakni qolbu.

Dengan ditopang semangat kebebasan, sebagian manusia mengaktualkan seluruh daya lahiriah dan batiniah atau fitrahnya. Manusia yang mengedepankan kebebasan memiliki aspek determinan yang dibentuk dari kondisi eksternal (sosio-historis) serta kondisi internal (psikologi).

Dari kedua kondisi tersebut manusia (ego) menanamkan nilai atas efek yang hadir dari perbuatan-perbuatannya yang sangat dekat dengan relasinya dalam hidup berkelompok (sosial) yakni manusia lainya. Dengan kemudian ia mebentuk suatu tatanan sosial-cultural dengan spirit ilmiah (science) sebagai satu upaya melegalkan aksident-aksident tersebut dan modal sosial.(baca:fenomenafreeman)

Maka menarik bagi penulis analisis lebih jeluk ialah relasi antar manusia dalam aspek sosial yang masing-masing manusia dihuni daya Fitrahiah yang kapan saja kebuasanya siap menerjang yakni Eksistensialis yang berwujud Kekuasaan.

Dengan Kekuasaan, hak dan kebatilan sangat sukar untuk di takar. Ada dua kekuasan yang mendarah daging pada manusia menurut penulis, pertama menguasi orang lain (penghisapan) dan kedua, menguasai diri (menzalimi diri).

Kebebasan dan Kekuasaan adalah Fitrah dan salah satu yang menjadi dasar “kebutuhan” pada diri manusia, jadi tak heran ketika kedua hal tersebut mencari tempat aktualnya di alam dan itu sah-sah saja.

Penting bagi kita mejawab tantangan tersebut, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan Realisme Instingtif Alamah Thabataba’i, maka kita akan uji spirit “Realisme Instingtif” sebagai metode dalam menjawab “Kebutuhan” manusia-antar-manusia sebagaimana pertanyaan dasar penulis.

-Apa yang diperebutkan manusia ?

“Kebahagian, Kebebasan atau Keadilan dalam Visi Eskatologi”

Kebutuhan “eksistensi” agar manusia dapat diakui, maka kebebasan mengalami keblunderan yang nyata, lihat saja manusia yang ingin mengusai dunia yang terbatas dengan imajinasi (hasrat) tanpa batas (maksudnya ingin memiliki seluruhnya), sebenarnya apa dicari manusia dari lahir sampai awal Kematianya ? Kebebasan, Keadilan dan Kebahagian.

Dalam kehidupan kolektif (negara,bani,ummah,kelompok,komonitas,khafilah) pasti memiliki visi eskatologi (masa depan) dan visi inipun dijalankan secara seksama dengan berbagai konvesi yang telah disapakati atas dasar paham,etika dan hukum yang berlaku.

Penulis tetap konsisten dalam mengulas “freeman” (mahzab kebabasan) yang efek flash movenya telah mewabah pada manusia lain, sah-sah saja mencari kebahagian degan dijalan kebebasan, tapi pertanyaannya apa iya hidup ini hanya soal bebas ? apa iya manusia yang bebas telah bahagia ? atau malah menjadi beban? ini membutuhkan penulisan yang apik, penulis tidak menjelaskan disini.

Visi masa depan setiap orang adalah “kebahgian” tentu jalannya beragam untuk bisa keluar dari berbagia beban, namun dalam pendekatan realisme adalah “Keadilan”. Predikasi keadilan adalam realisme adalah Arrishikuna Fil ilm “orang-orang yang mendalam ilmunya” buka repersentatif “ulil amri” yang terfregmentasi dalam subordinasi (awal perpecahan umat).

-Mengapa Agama dan Islam ?-

Ali Imran 19 “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam”. Kenapa Agama dan Islam ? karena Agama adalah sarana, jalan dan Islam adalah Patuh (tunduk). Maka agama islam adalah patuh pada jalan.

Apa jalannya ? jalanya orang-orang yang berilmu sebagai satu sandaran nilai yang dapat di acu. Inilah yang menjadidasar dari mahzab kebebasan yang tidak memiliki predikasi yang tetap sebagi satu sandaran nilai.

Memang benar tela’ah manusia berakhir pada manusia bukan Tuhan yang tidak bisa digapai, dalam hal ini penulis sependapat hanya saja manusia yang bagaimana yang menjadi sandaran wahai sobatku ? Apakah manusia yang seperti dimaksud Emanuel levinas atau J.Paul Sartre ?

Maka Islam hadir untuk menjawab Fitrah Manusia, apa fitrah manusia yang paling mendasar? Yang paling mendasa adalah tidak mungkin manusia menolak adanya Tuhan. Turunan dari keTuhanan (Tauhid) adalah Persaudaraan dan Persamaan sesama manusia.

-Habluminannas (Bahasa Persatuan)

Ali Imran 64.”Hai ahli kitab, marilah kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu”. Untuk samapai pada dzatNya, diri kita (sifat) terputus bukan berarti lost conenction, maka kita butuh yang dapat mengkoneksikan kita padaNya.

Untuk saat ini diriNya kita tidak usah bahasa dahulu kerana hanya diriNyalah yang mengatuhui diriNya, adapun segala bentuk misdaq dan mahfum kita hanya tambah mempersempit/membatasiNya.

Ketika Islam adalah sebagai jalan, dan jalanya adalah orang-orang berilmu dalam hal ini (Nabi dan Documentnya/itrah) maka sudah sepatutnya kita menjadikannya sebagai “uswa” contoh, suri teladan dan suluk. Maka seluruh perbuatan kita adalah suluknya Rasulullah saw, Insan sempurna rahmat semesta.

Mengapa kita menjadikannya uswa? “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kamu semua”.  Saya hanya bisa memberikan salah satuh contoh; ketika NabiAllah dimaki dengan seseorang faqir yang buta, apa yang ia lakukan ? Ia malah mendatangi sifaqir menyuapi serta menguyahkan makanan kepadanya. Rasul tidak memusihinya, rasul merobohkan sifat gengsi, dendam dan dengki yang ketiganya itu adalah “Kekuasan” dalam diri yang secepat kilat akan meruntuhkan kejiwaan (menzalimi diri).

Lantas kita manusia sibuk dengan perselisihan, pertengkaran, dan peperangang. Bukankah satu ajaran ada untuk menghatarkan kita pada Cinta dan Kebahagian? Apa sebenarnya masalahnya ? Sudah pasti ekonomi-politik yang tersandra pada Ulil Amri (fregmentasi).

Dalam bahasa kontemporenya marik kita menguyahkan pengetahuan (ilmu) kepada orang-orang yang buta Akalnya. Tentu dengan cara yang baik penuh hikm, karena tugas kita adalah meyeru buka memakasa.

Allah ta’ala berfiman al-nahl 125 “seruhlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya hanya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih baih mengetahui tentang siapa yang tersesesat dari jalanNya,dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Dalam relasi Manusia antar Manusia sudah sebaiknya kita kembalikan perkara perselisihan pada sang Hakim yakni Allah dan rasul (Al-Annisa:59). Mari kita membangun relasi dengan cara hikma, berdialog dengan cara yang baik. Inilah cara Islam menjawab fitrah manusia untuk samapai pada diriNya melalui Hujjahnya (syafaat).

Sungguh ini adalah Bahasa yang NYATA. Jika bahasa identik dengan Argument, maka Bahasa yang dicontohkan rasul adalah Bahasa yang berwuju PERBUATAN, Bahasa yang membuat kita memabuk progresif untuk berbuat kearaha yang lebih baik.

Nafas bermanifestasi perbuatan adalah representasi Rahmatan Lil Alamin. Rahmat adalah Rasullulah Saw, dan Perbuatannya (Iman-ahlak) bermanifestasi pada semesta alam. Alam rayapun bergumang (bertasbih).

-Kematian-

Begitu banyak cerita hidup yang menjadi Novel kehidupan, belum ketemui juga hal yang paling romance daripada Novel kematian yakni mati dalam bimbingannya, mudah-mudahan ini yang damaksud dengan masuk kedalam Islam secara keseluruhan (Al-Baqarah:208) dan Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka berserah dirilah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berserah diri kepadanya. Mudah-mudahan inilah yang dimaksud dengan Islam (Patuh).

 

Aku adalah budak sehaya yang papah. . .

Begitu banyak yang bisa Dia penuhi,

Tapi Aku hanya ingin DirimMu.

 

Wallahu’alam.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun