Dalam bahasa kontemporenya marik kita menguyahkan pengetahuan (ilmu) kepada orang-orang yang buta Akalnya. Tentu dengan cara yang baik penuh hikm, karena tugas kita adalah meyeru buka memakasa.
Allah ta’ala berfiman al-nahl 125 “seruhlah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan Hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya hanya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih baih mengetahui tentang siapa yang tersesesat dari jalanNya,dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Dalam relasi Manusia antar Manusia sudah sebaiknya kita kembalikan perkara perselisihan pada sang Hakim yakni Allah dan rasul (Al-Annisa:59). Mari kita membangun relasi dengan cara hikma, berdialog dengan cara yang baik. Inilah cara Islam menjawab fitrah manusia untuk samapai pada diriNya melalui Hujjahnya (syafaat).
Sungguh ini adalah Bahasa yang NYATA. Jika bahasa identik dengan Argument, maka Bahasa yang dicontohkan rasul adalah Bahasa yang berwuju PERBUATAN, Bahasa yang membuat kita memabuk progresif untuk berbuat kearaha yang lebih baik.
Nafas bermanifestasi perbuatan adalah representasi Rahmatan Lil Alamin. Rahmat adalah Rasullulah Saw, dan Perbuatannya (Iman-ahlak) bermanifestasi pada semesta alam. Alam rayapun bergumang (bertasbih).
-Kematian-
Begitu banyak cerita hidup yang menjadi Novel kehidupan, belum ketemui juga hal yang paling romance daripada Novel kematian yakni mati dalam bimbingannya, mudah-mudahan ini yang damaksud dengan masuk kedalam Islam secara keseluruhan (Al-Baqarah:208) dan Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka berserah dirilah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berserah diri kepadanya. Mudah-mudahan inilah yang dimaksud dengan Islam (Patuh).
Aku adalah budak sehaya yang papah. . .
Begitu banyak yang bisa Dia penuhi,
Tapi Aku hanya ingin DirimMu.