Mohon tunggu...
Syamsuddin Juhran
Syamsuddin Juhran Mohon Tunggu... Oposisi Intelektual -

Ilustrasimu, Imajinasiku . . .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Fitrah; "Bahasa (Nafas) Persatuan"

23 Januari 2016   09:45 Diperbarui: 23 Januari 2016   11:08 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kedua kondisi tersebut manusia (ego) menanamkan nilai atas efek yang hadir dari perbuatan-perbuatannya yang sangat dekat dengan relasinya dalam hidup berkelompok (sosial) yakni manusia lainya. Dengan kemudian ia mebentuk suatu tatanan sosial-cultural dengan spirit ilmiah (science) sebagai satu upaya melegalkan aksident-aksident tersebut dan modal sosial.(baca:fenomenafreeman)

Maka menarik bagi penulis analisis lebih jeluk ialah relasi antar manusia dalam aspek sosial yang masing-masing manusia dihuni daya Fitrahiah yang kapan saja kebuasanya siap menerjang yakni Eksistensialis yang berwujud Kekuasaan.

Dengan Kekuasaan, hak dan kebatilan sangat sukar untuk di takar. Ada dua kekuasan yang mendarah daging pada manusia menurut penulis, pertama menguasi orang lain (penghisapan) dan kedua, menguasai diri (menzalimi diri).

Kebebasan dan Kekuasaan adalah Fitrah dan salah satu yang menjadi dasar “kebutuhan” pada diri manusia, jadi tak heran ketika kedua hal tersebut mencari tempat aktualnya di alam dan itu sah-sah saja.

Penting bagi kita mejawab tantangan tersebut, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan Realisme Instingtif Alamah Thabataba’i, maka kita akan uji spirit “Realisme Instingtif” sebagai metode dalam menjawab “Kebutuhan” manusia-antar-manusia sebagaimana pertanyaan dasar penulis.

-Apa yang diperebutkan manusia ?

“Kebahagian, Kebebasan atau Keadilan dalam Visi Eskatologi”

Kebutuhan “eksistensi” agar manusia dapat diakui, maka kebebasan mengalami keblunderan yang nyata, lihat saja manusia yang ingin mengusai dunia yang terbatas dengan imajinasi (hasrat) tanpa batas (maksudnya ingin memiliki seluruhnya), sebenarnya apa dicari manusia dari lahir sampai awal Kematianya ? Kebebasan, Keadilan dan Kebahagian.

Dalam kehidupan kolektif (negara,bani,ummah,kelompok,komonitas,khafilah) pasti memiliki visi eskatologi (masa depan) dan visi inipun dijalankan secara seksama dengan berbagai konvesi yang telah disapakati atas dasar paham,etika dan hukum yang berlaku.

Penulis tetap konsisten dalam mengulas “freeman” (mahzab kebabasan) yang efek flash movenya telah mewabah pada manusia lain, sah-sah saja mencari kebahagian degan dijalan kebebasan, tapi pertanyaannya apa iya hidup ini hanya soal bebas ? apa iya manusia yang bebas telah bahagia ? atau malah menjadi beban? ini membutuhkan penulisan yang apik, penulis tidak menjelaskan disini.

Visi masa depan setiap orang adalah “kebahgian” tentu jalannya beragam untuk bisa keluar dari berbagia beban, namun dalam pendekatan realisme adalah “Keadilan”. Predikasi keadilan adalam realisme adalah Arrishikuna Fil ilm “orang-orang yang mendalam ilmunya” buka repersentatif “ulil amri” yang terfregmentasi dalam subordinasi (awal perpecahan umat).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun