Mohon tunggu...
Syamsuddin
Syamsuddin Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Coaching dan Wajah Baru Peran Guru: Review Buku Teacher as Coch; Panduan Membimbing Siswa dengan Pendekatan Coaching

25 Mei 2023   10:41 Diperbarui: 25 Mei 2023   10:57 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri buku Teacher as Coach 


Coaching dan Wajah Baru Peran Guru; Review Buku ''Teacher as Coach: Panduan Membimbing Siswa dengan Pendekatan Coaching"

 

Apa yang terbesit di benak anda jika mengenal kata coach?

Siapakan yang disebut coach?

Umumnya orang mengartikan Coach dengan pelatih, khususnya pelatih dalam dunia olahraga. Namun ternyata bukan sekadar pelatih olahraga. Tapi coach adalah sebutan untuk orang yang melakukan coaching. Atau dengan kata lain coach adalah fasilitator coaching.

Lalu apakah Coaching itu?

Saya baru tahu, ternyata mulanya coaching dipakai dalam dunia pendidikan dan akademik. 

Ini saya dengarkan dari Pendiri Coaching Indonesia, Al Falaq Arsendatama. Kata dia Coaching dikenal pertama kali dalam dunia akademik. Coaching  berasal dari kata coach. Sebutan untuk alat transportasi semacam mobil  yang mengantarkan orang/penumpang ke tempat tujuannya. Filosofinya Coach berperan membantu dan atau memfasilitasi klien (Coachee) dalam mencapai goal dan targetnya.

Tahun 1800an coach adalah sebuatan bagi seorang Dosen atau pengajar di perguruan tinggi yang berhasil mengantarkan mahasiswanya meraih gelar sarjana. Bertahun kemudian istilah Coach bergeser ke dalam dunia olahraga. Dimana seorang pelatih yang membimbing seorang atlit dan atau pemain hingga meraih prestasi dan juara disebut Coach.

Jadi apa itu Coaching?

Menurut  Menurut Loop Institute of Coaching, Coaching  adalah sebuah proses membangun kesadaran diri untuk menemukan potensi terbaik melalui percakapan bermakna untuk mencapai tujuan.

Sedangkan  Menurut International Coaching Federation, "Coaching sebagai bentuk kemitraan dengan klien dalam proses pemikiran yang memprovokasi dan kreatif dalam menginspirasi mereka untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional mereka".

Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan, Coaching adalah tehnik fasilitasi   melalui percakapan bermakna dan kreatif guna memaksimalkan potensi klien menuju target dan tujuan.

Coaching dalam Dunia Pendidikan

Di Indonesia pendekatan coaching dalam pendidikan terbilang baru. Sependek pengetahuan penulis, istilah coaching dalam dunia pendidikan baru popular saat diluncurkannya program guru penggerak. Dimana coaching dijadikan sebagai salah satu skill atau kompetensi yang harus dimiliki oleh guru penggerak.

Menurut saya penerapan pendekatan coaching dalam proses pendidikan merupakan satu terobosan cerdas. Karena pada dasarnya coaching merupakan salah satu metode dan teknik fasilitasi yang harus dikuasai oleh seorang guru atau pendidik. Sebab salah satu fungsi dan peran guru yang utama adalah sebagai fasilitator bagi peserta didik dalam belajar.

Guru di zaman ini bukan lagi sumber belajar satu-satunya. Karena berbagai sumber belajar dapat diakses oleh peserta didik melalui fasilitas teknologi informasi. Sehingga guru yang hanya menempatkan diri sebagai satu-satunya sumber belajar akan kehilangan respek oleh peserta didiknya.

Oleh karena itu guru harus lebih banyak menempatkan diri sebagai fasilitator bagi peserta didik. Dan salah satu tehnik fasilitasi yang efektif adalah dengan pendekatan coaching. Dengan kata lain guru juga perlu menempatkan diri sebagai  coach dalam proses pembelajaran.

Buku Teacher as Coach dan Wajah Baru Peran Guru

Pendekatan coaching dalam proses pendidikan dan pengajaran terbilang baru di Indonesia. Bahkan Coaching belum menjadi mata kuliah pada fakultas dan jurusan keguruan pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Sehingga mewujudkan peran guru sebagai coach (Teache as Coach) masih butuh proses panjang. Alhamdulullah program guru penggerak diserta dengan workhosp dan pelatihan coaching bagi para pendidik calon guru penggerak.

Namun selain pelatihan, rasanya para guru tetap membutuhkan tambahan referensi dalam mengembangkan diri sebagai guru coach atau Teacher as a Coach. Salah satu bahan bacaan yang dapat dijadikan referensi adalah buku ''Teacher as Coach: Panduan Membimbing Siswa dengan Pendekatan Coaching", karya Arif  Santoso.

Buku Teache as Coach ini disusun untuk memudahkan para guru dalam memainkan peran sebagai seorang coach, sehingga pembimbingan yang dihasilkan terhadap setiap anak (siswa) dapat dilakukan dengan dosis dan takaran yang sesuai dengan latar belakang setiap siswa (x).

Sekilas tentang Isi Buku

Buku Teacher as Coach terdiri atas lima bab. Bab I berisi gambaran umum dan mendasar tentang peran guru sebagai coach, urgensi coaching bagi siswa, dan pendekatan coaching dalam pengajaran.

Sedangkan Bab II menjelaskan tentang ''Prinsip-prinsip Guru sebagai Coach". Menurut penulis buku ada tiga prinsip dasar yang harus dipegang oleh guru ketika menerapkan pendekatan coaching dalam pengajaran.

Ketiga prinsip tersebut adalah, pertama, Selalu ada jalan keluar atas setiap kebuntuan yang dihadapi; kedua, setiap manusia mempunyai potensi untuk menuju suksesnya; ketiga, Dibalik setiap perilaku ada maksud baik yang mendasarinya .

Dalam memainkan perannya sebagai ''Teache as Coach"  guru perlu memahami dan meyakini prinsip-prinsip dasar di atas, sehingga sejak dari perencanaan, proses, dan hasilnya bisa optimal (hlm.23).

Contoh prinsip pertama, selalu ada jalan atas setiap kebuntuan yang dihadapi. Prinsip ini akan menjadikan guru ketika berperan sebagai coach untuk selalu mempunyai harapan yang positif (positive expectation) terhadap siswanya. Ekspektasi positif ini akan membuat seorang guru tetap optimis saat membimbing dan mengajar siswa dengan teknik coaching. Karena dia yakin, ada jalan bagi setiap hambatan dan kendala yang dialami oleh siswanya.

Sementara Bab III berisi paparan tentang prasyarat melakukan coaching dan ketrampilan dasar dalam coaching. Menurut penulis ada dua prasyarat  dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk melakukan coaching, yaitu hadir secara penuh (coaching presence) serta  membangun kepercayaan dan keakraban (building trust and intimacy) (hlm. 45-46).

Kedua prasyarat di atas diharapkan siswa yang menjalani coaching akan merasa nyaman dan terbuka. Sehingga proses pengajaran dan pembimbingan dapat berjalan dengan lebih optimal. Karena seringkali proses coaching gagal atau menemui jalan buntu karena siswa tidak terbuka saat coaching berlangsung. Mengapa tidak terbuka? Karena tidak merasakan keakraban dan kedekatan guru secara psikologis.

Sedangkan ketrampilan dasar yang harus dimiliki guru coach adalah, (1) mendengarkan aktif (active listening); (2) mengajukan pertanyaan yang jitu; (3) memberikan umpan balik; dan (4) mengelola progres.

Berdasarkan pengalaman ketika melakukan coaching dengan para guru dan siswa, ketrampilan-ketrampilan tersebut hampir pasti selalu digunakan dan membantu keberhasilan proses coaching. (hlm.47).

Selanjutnya Bab IV berisi penjelasan tentang model percakapan coaching. Dalam buku ini penulis menerapkan percakapan coaching model OIC. Sebagaimana diketahui, dalam dunia coaching terdapat beberapa model percakapan coaching seperti GROW, STAR, FIRA, OIC, TIRTA, dan sebagainya. Nama-nama tersebut merupakan akronim dari langkah dan alur percakapan coaching yang disusun oleh pencetusnya.

Misalnya  Coaching mpdel TIRTA yang dikembangkan dalam coaching guru penggerak merupakan akronim dari Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab.

Penulis buku Teacher as Coach menganut model dan alur percakapan OIC yang digagas oleh Kubik Coaching. OIC merupakan akronim dari (define) Outcome; Identifity (solustion); dan Commit (to action).

Secara sederhana percakapan coaching dengan model OIC dimulai dengan penyataan outcome (menentukan tujuan), kemudian identikasi masalah atau gap antara tujuan dengan kondisi saat ini, lalu yang terakkhir komitmen untuk bertindak.

Terakhir Bab V berisi paparan tentang strategi menghadapi tantangan membangun budaya coching di sekolah dan contoh percakapan dalam coaching dengan model OIC. Menurut penulis, ada dua tantangan membangun budaya coaching di sekolah, yaitu problem SDM guru dan proses pembelajaran.

Namun di buku ini penulis juga menyertakan solusi seperti perlunya membangun komitmen bersama antara kepala sekolah dengan para guru jika ingin menjadikan coaching sebagai bagian dari proses pembelajaran (hlm.129). Solusi lain yang ditawarkan penulis adalah memetakan kondisi dan potensi setiap siswa sebagai salah satu langkah penerapan  pendekatakan coaching ke siswa.

Yang tidak kalah pentingnya adalah para guru mengikuti pelatihan dan pembimbingan yang dilakukan oleh pihak sekolah. Sehingga guru memiliki pemahaman yang utuh tentang coaching dan keterampilan coaching.

Paling tidak para guru dibekali bahan bacaan yang memadai terkait pendekatan coaching dalam pembelajaran. Salah satunya adalah buku ini, "Teacher as Coch: Panduan Membimbing Siswa dengan Pendekatan Coaching", karya Coach Arif Santoso.

Identitas Buku

Judul                     : Teacher as Coch: Panduan Membimbing Siswa dengan Pendekatan Coaching.

Penulis                 : Arif Santoso.

Penerbit              : Filla Press

Editor                    : Shofi Rahma Aida

Tahun terbit       : 2020 (cetakan pertama)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun