Mohon tunggu...
Syamsuddin
Syamsuddin Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Pembelajar sejati, praktisi dan pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ibadah Ramadan Makin Berkualitas Berkat Finansial Sehat

16 April 2023   23:28 Diperbarui: 16 April 2023   23:30 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo:s.3theasianparent.com

Apa itu finansial sehat dan apa kaitannya dengan bulan Ramadan?

Apa urgensi finansial sehat pada bulan Ramadan?

Melansir dari Pluang menyebut bahwa finansial sehat ada kondisi di mana pendapatan atau pemasukan sama atau lebih besar dari pengeluaran.

Kesehatan finansial di bulan Ramadan sangat penting agar kualitas ibadah terjaga dengan baik. Jangan sampai kualitas ibadah terganggu karna kondisi finansial yang mpot-mpotan. Bukan menafikan fakta pengaturan rezki yang sudah diatur Allah. Tapi selama masih dapat direncenakan dengan baik dan diantisipasi maka itu lebih baik.

Apalagi bulan Ramadan merupakan bulan ibadah. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa ibadah di bulan Ramadan butuh harta. Belum lagi ibadaah finansial (ibadah maliyah) seperti sedekah, memberi makan, berbagi takjil buka puasa, zakat fitrah, dan sebagainya. Oleh karena itu perhatian terhadap kesehatan finansial sangat penting demi kesuksesan  ibadah Ramadan.

Perencanaan  dan Pengendalian

Sebelum memasuki bulan Ramadan sebaiknya dilakukan perencanaan finansial. Secara sederhana ada dua yang perlu direncanakan, yakni pemasukan dan pengeluaran. Walau Ramadan identik dengan pengeluaran yang bertambah, tapi rencana pemasukan tetap harus diagendakan. Walau secara umum orang mengandalkan pemasukan rutin bulanan untuk keperluan Ramadan yang bertambah, tapi tidak ada salahnya tetap merencanakan pemasukan tambahan di luar pemasukan rutin. Berapapun potensi pemasukan sebaiknya tetap masuk dalam bagian perencaan. Bukanlah finansial yang sehat itu adalah seimbangnya pemasukan dan pengeluaran?

Lalu bagaimana jika memang tidak ada pemasukan tambahan sama sekali pada bulan Ramadan, sementara pengeluaran pasti bertambah. Maksudnya bertambah dibanding pengeluaran bulan-bulan sebelumnya. Apa yang harus dilakukan dan direncanakan? Jika tidak ada pemasukan sama sekali, maka yang jadi bagian dalam program perencanaan adalah dengan menabung sebelum Ramadan masuk. Bisa dengan mengalokasikan beberapa rupiah setiap bulan untuk keperluan Ramadan. Sekecil apapun jumlah yang dapat ditabung untuk kepentingan Ramadan tetap perlu dilakukan.

Tentu saja ketika memutuskan menabung untuk finansial sehat pada bulan Ramadan harus konsisten dan dispilin. Disiplin menambah tabungan setiap bulan, walau mungkin pada bulan tertentu nominalnya menurun. Termasuk disiplin tidak mengalihkan dana tabungan tersebut pada hal lain kecuali darurat dan mendesak serta tidak dapat ditunda dan tidak ada sumber lain untuk memenuhi kebutuhan darurat yang mendesak tersebut.   

Pengendalian

Setelah perencanaan yang mulai dilakuakn jauh-jauh hari sebelum Ramadan, maka yang tidak kalah pentingnya saat menjalani Ramadan adalah pengendalian. Sebaik apapun dan sematang bagaimapun suatu perencanaan jika tidak disertai pengendalian yang baik, maka potensi gagalnya lebih besar daripada kemungkinan berhasilnya. Oleh karena itu perencanaan yang baik harus disertai dan didukung oleh pengendalian dan kontrol yang baik pula.

Cermat dan Hemat

Langkah pertama sebagai upaya pengendalian keuangan agar finansial tetap sehat pada bulan Ramadan adalah certmat dan hemat. Yakni cermat memilah dan membedakan antara kebutuhan dan kemauan. Kebutuhan sesuatu yang harus dipenuhi, tentu sesuai dengan level dan tingkat urgensinya. Karena ada kebutuhan yang tidak dapat ditunda sama sekali, yaitu kebutuhan primer. Dan adan kebutuhan yang bisa ditunda jika (1) belum butuh sama sekali dan atau (2) kondisi keuangan belum cukup untuk membeli atau mengadakannya.

Sementara keinginan tidak harus dipenuhi. Entah karena memang tidak dibutuhkan. Atau belum dibutuhkan. Atau masih bisa ditunda dan kondisi keuangan belum memungkinkan untuk mengadakannya.  Secara prbadi dengan bekal iman saya menganut prinsip, "Allah pasti jamin kebutuhan saya, tapi Dia tidak menjamin kemauan saya".

Setelah memilah dengan cermat mana yang termasuk kebutuhan beserta tingkat urgensitasnya dan mana yang sebatas keinginan atau kemauan. Maka langkah selanjutnya adalah berhemat saat belanja kebutuhan. Ada pepatah klasik yang berbunyi, "hemat pangkal kaya". Bagi sebagian diantara kita, berhemat mungkin belum sampai pada level membuat kita kaya raya, tapi paling tidak menjadikan kondisi finansial kita sehat. Sehat itu sudah cukup.

Tips Berhemat

Berhemat tidak harus meninggalkan kebutuhan selama dana untuk membeli kebutuhan itu ada. Tapi berhemat menurut hemat saya adalah melakukan efisiensi terhadap uang yang ada dengan tetap berusaha membeli barang yang dibutuhkan. Seperti membeli barang ''murah'' berkualitas bagus atau layak pakai. Ada beberapa tips berhemat. Pertama, Membeli barang bekas yang layak pakai. Barang bekas tidak selamanya jelek. Selama masih layak pakai dalam jangka waktu lama tidak ada salahnya dibeli jika lebih murah dan bisa berhemat.

Kedua, Manfaatkan promo dan diskon. Bulan Ramadan atau menjelang lebaran biasanya ''hambur diskon dan promo". Ini bisa jadi alternatif dan pilihan untuk berhemat. Tapi tetap harus bijak dan hati-hati. Jangan terlalu terbuai dengan kata diskon atau promo. Boleh jadi harga promo atau diskon sekian persen dicantumkan setelah harga barang diankar sedemikian rupa. Misal harga asli suatu barang Rp 250.000, tapi dipasangi harga 350.000 dan diskon 25%. Karena itu tetap harus cermat mengenali harga dan kualitas barang yang akan dibeli.

Ketiga, Adakan Lebih Awal. Tips berhemat yang lainnya adalah mengadakan keperluan Ramadan dan atau lebaran sejak jauh hari sebelum Ramadan. Seperti pakaian misalnya. Walau dibumbui dengan kata diskon dan promo barang keperluan Ramadan dan lebaran tetap lebih murah jika dibeli dan atau diadakan jauh hari sebelum. Apalagi jika pakaian jahit yang diorder langsung ke penjahit.

Pengalaman Pribadi:

 Sejak tiga tahun terakhir baju lebaran selalu kami pesan dari penjahit dan tidak membeli pakaian jadi di toko. Dan pastinya warna dan model seragam. Untuk keperluan estetika dan dokoumentasi keluarga rasanya lebih OK. Setelah kami lakukan ini ada beberapa manfaat. Pertama, Lebih hemat, karena kain dibeli 2-3 bulan sebelum Ramadan. Beli dalam jumlah lumayan untuk bahan 2 kemeja (1 dewasa+anak 7 thn), 3 gamis dan3  jilbab (1 dewasa, 1 anak tanggung, dan 1 anak 6 thn) bisa dapat harga miring. Apalagi ada toko kain langganan di Tanah Abang. Demikian pula proses dan biaya jahit, lebih hemat. Karena tukang jahit bisa kasi harga miring, karena waktu yang dia butuhkan untuk menjahit cukup lama, yakni 1-2 bulan. Sehingga dia tetap bisa menerima orderan lain. Atau dia mengerjakan orderan kita di sela-sela pengerjaan order besar/banyak.  

Kedua, Bisa pilih model dan warna sesuai selera. Untuk yang ini biasanya agak sulit jika beli pakaian jadi. Kadang warna cocok, model tidak pas. Ukuran pas untuk ayah, ibu kekecilan. Sisulung Ok, si bontot kepanjangan. Dengan sistim jahit semua bisa diatur dan disesuaikan.

Ketiga, hematnya tidak hanya saat  bulan Ramadan. Tapi sampai setelah Ramadan. Biasanya pakaian lebaran jahit (bukan beli jadi) dapat dipakai dalam segala situasi dan kondisi. Karena modelnya direquest khusus sehingga dapat dirancang untuk kostum lintas momen dan suasana. Dipakai salat, dipakai menghadiri kondangan, mengikuti seminar, mengajar, dan sebagainya. Setelah lebaran biasanya tidak beli kemeja baru selama setahun. Ramadan depan buat lagi dengan cara serupa.

Keempat, Manfaatkan gratisan. Ini kedengarannya kurang baik sebenarnya. Tapi memang nyata. Di bulan Ramadan ada saja rezki dari arah yang tak disangka-sangka melalui orang baik, entah itu teman, saudara, atasan, termasuk kantor atau tempat kerja. Bingkisan Ramadan, Bingkisan Hari Raya, paket lebaran, hadih dan sebagainya termasuk kategori pemasukan "gratisan" yang dapat dijadikan ''pelampung penyelamat" untuk berhemat. Memanfaatkan pemberian teman, saudara juga termasuk bagian membuka akses saluran pahala bagi orang-orang baik yang tulus berbagi pada kita.

Tapi perlu dingat bahwa kebutuhan harian Ramadan yang masuk kategori living cost seperti keperluan dapur, peralatan kebersihan badan, peralatan rutin rumah tangga, transportasi aktivitas rutin tetap harus masuk dalam daftar task list perencaanaan sebelum memasuki Ramadan. Kalaupun ada rezki kaget di pertengahan jalan, maka apa yang direncakan tidak perlu diadakan lagi, atau tinggal ditambah. Di titik inilah ''gratisan" jadi satu tips berhemat.

Syukur dan Qana'ah

Pada akhirnya semua kembali kepada prinsip dan value serta nilai hidup yang dianut. Sebagai Muslim kiat pertama dan terakhir menyakapi urusan finansil adalah syukur dan qana'ah. Setelah memaksimalkan ikhtiar manusiawi melalui perencanaan yang matang, pengendalian yang baik dengan berhemat, cermat memilih dan memilah antara kebutuhan dan keinginan, menyusun skala prioritas kebutuhan, pada akhirnya harus ridha menerima keadaan. Syukuri yang ada, terima dengan perasaan qana'ah (merasa cukup). Sebab memperturutkan keinginan tidak ada ujungnya. Karena itu Islam mengajarkan dan menganjurkan qana'ah dengan cara ''lihat kebawah dan jangan selalu mendongak ke atas".

''unzuru ila man huwa asfala minkum wa la tanzuru ila man huwa fauqakum, fahuwa ajdaru an laa tazdaru ni'matallahi 'alaikum; Lihatlah kepada yang berada di bawah kalian (dalam urusan materi duniawi) dan jangan melihat kepada yang di atas kalaian. Karena hal itu lebih membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah pada kalian" (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian pula dengan sikap syukur. Syukur bisa menjadi sebab apa yang kita miliki makin berkah. Berkah berupa kemanfaatan yang tepat, atau awet dipakai dalam jangka waktu lama, atau menjadi perantara dan sarana melakukan kebaikan.

Jangan Lupa Berderma

Tips terakhir yang tidak kalah pentingnya dalam menjaga kesehatan finansial adalah dengan berderma. Bukankah Ramadan bulan berderma? Berderma dengan berbagi takjil, berbagi makan sahur, bersedekah, atau derma harta dalam bentuk lain seperti ZISWAF (Zakat Infak Sedekah dan Wakaf  sangat dianjurkan. Rasul mengabarkan, "sedekah paling afdhal adalah sedekah di bulan Ramadan".

Berderma dan berdedekah mengandung banyak manfaat. Tapi dalam kontesk finansial yang sehat di bulan Ramadan, berderma dan berbagi bisa menjadi sebab dan pintu berkah. Berkah pada harta atau finansial dan berkah pada diri. Dengan berderma finansial di bulan Ramadan jadi sehat. Kita yakin dengan dawuh Kanjeng Nabi, "Harta takkan pernah berkurang karena disedekahkan". Setiap hari ada Malaikat yang mendoakan keberkahan pada harta orang yang berbagi pada hari itu.

Mari sehatkan finansial kita di bulan suci ini dengan memaksimalkan ikhtiar melalui perencanaan, pengendalian, berhemat, bersyukur, dan selalu berderma. Insya Allah berkah dan finansial sehat di bulan Ramadan. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun