Dunia sudah dipaksa masuk era Post Dicipliner dengan Multidicipliner dan Interdicipliner dalam menjawab beragam permasalahan sosial di masyarakat. Corona mengajarkan bahwa satu-dua dicipliner ilmu pengetahuan tidak cukup untuk menyelesaikan permasalahan yang diakibatkan mahluk kecil ini. Ini memerlukan ke gotong royongan semua disiplin ilmu pengetahuan.
Ahli Pandemi bekerja sama dengan Ahli Komputer, Doktor Matematik juga bekerja sama dengan Sejarawan , Profesor Manajemen harus memahami Ilmu Pandemi dan banyak lagi kerjasama untuk melihat jalan terbaik menghentikan pandemi.Â
Demikian juga para ahli filsafat harus turun bersama kaum pragmatisme – berbagi pengetahuan untuk memulihkan sosial dan ekonomi pasca pandemi  dan memikirkan jalan keluar kehidupan baru dengan beradaptasi bersama pandemi ini.
Ini juga memberikan gambaran bagian yang sulit dari berpengetahuan yaitu mengimplementasikannya. Ini tantangan pragmatisme. Secara teori sangat mudah untuk mengatakan, “hei, kita harus membudayakan/ melembagakan langkah-langkah menjaga jarak sosial dan menutup sekolah dan memutuskan hubungan antara mereka yang rentan terhadap penyakit yang menular.Â
Namun saat mengetahui apa dampak sosial yang lebih besar yang diakibatkan mengkarantina suatu wilayah – akan membuat kesulitan besar untuk menarik pelatuknya dan melakukan putusannya.Â
Wabah ini, menunjukkan bahwa boleh saja suatu negara memiliki laboratorium terbaik di dunia, sistem manajemen informasi  dan perangkat lunak terbaik, tetapi jika tidak memiliki tata kelola yang tepat tentang kapan menggunakan kekuatan ini ... mereka tidak berfungsi.
Pandemi coronavirus telah memperjelas bahwa ini adalah masalah universal: bahkan negara yang sudah dikatakan berhasil, dan memiliki kapasitas untuk bertindak, masih ragu apakah jalannya sudah benar atau belum. . Dan masih bisa saja gagal pada tahap selanjutnya.Â
Singapura menunjukkan itu, keberhasilan saat pertama dan terus dibanggakan migran Indonesia yang bekerja disana tetiba – Boom ! meledak dan semua terdiam. Ada titik-titik buta melihat bagaimana cara suatu negara bersiap.
Selama bulan-bulan berikutnya, banyak pemerintah akan memungkinkan orang untuk melanjutkan hidup mereka di tengah kondisi ekonomi terburuk sejak Depresi Hebat. Dan jika gelombang baru virus terdeteksi, negara dapat kembali meminta warganya untuk kembali ke rumah.
Mengelola pandemi yang selalu berubah ini akan membutuhkan kepercayaan publik yang signifikan, yang di beberapa tempat cepat terkikis. Hal sebaliknya justru menimbulkan  ketakutan, ketidakpercayaan, dan kekacauan apa pun kebijakannya yang diambil pemerintah."
Belajar Manajemen Flexibilitas dan Kecepatan Daya Tanggap
Berbulan-bulan memasuki epidemi ini, bahkan informasi dasar tentang coronavirus masih belum jelas. Seberapa menularnya? Bagaimana mematikan? Apakah benar menular dari udara ? apakah melalui hewan ke manusia ? Apa yang sembuh bisa terpapar lagi ? Semua masih bisa berubah, dan perubahan itu cepat sekali.Â