Daripada menjanjikan keberanian, “seolah memenangi peperangan dengan virus” – Coronavirus lebih menyukai pemimpin yang bisa jujur tentang ketidakpastian yang melekat virus, kata Kathleen Bachynski, asisten profesor kesehatan masyarakat di Muhlenberg College.
Jika para pemimpin tidak mau jujur tentang batasan, tentang data, dan selalu bicara dengan nada heroik meremehkan Corona menunjukkan kekuatannya dengan menjatuhkan kredibilitas pembicaranya.
Kita lihat : Bagaimana tokoh berbicara Indonesia Bebas karena Doa Kunut, Masker hanya Untuk Yang Sakit, Temu Lawak bisa melawan Virus sampai Kalung Anti Corona, yang disampaikan oleh pejabat tinggi Publik, alih-alih menurun, Corona telah membuat mereka kehilangan kredibilitas.
Corona menujukan bahwa luas penyebaran dan peningkatan korban. Ini tidak akan terjadi karena mereka salah, tapi juga karena informasi berubah cepat. Juga dari orang-orang yang selalu berteriak “ lockdown” pada hari ini mereka harus menutup muka , malu karena harus bekerja.
Lihat juga yang selalu membanggakan Singapura, Australia, hari ini terdiam melihat pertumbuhan ekonomi yang jemblok ke jurang resesi terdalam atau tetiba Australia menerapkan lockdown kembali.
Jadi tidak ada prediksi yang kontans. Inilah harusnya era Kebangkitan Pengetahuan, setelah berada dalam zona “ mati “ karena berlimpah Informasi.
Corona mengajarkan bahwa berpengetahuan tidak bisa intans. Tidak bisa, kalau tiba-tiba ada kalung bebas Corona yang diumumkan bukan oleh Menteri Kesehatan tapi Menteri Pertanian.
Dan Menteri Kesehatan harusnya bicara teknis pencegahan Corona secara detail, ini bicara tentang mujarabnya Doa guna mencegah Corona, yang harusnya dilakukan para Agamawan.
Namun apapun semua belum bisa menurunkan penyebaran Covd 19. Tidak ada Budaya Instan – Corona menuntut cepat , tepat tapi bersiap berubah. Sudah hampir 7 bulan, Virus Covid 19 melanda , belum dapat kabar yang meyakinkan kapan anti virus akan tersedia. Semua terus berjalan dan semua membutuhkan waktu untuk pembuktian.
Dengan Flebilitas ini kita belajar keniscayaan tentang relativisme kebenaran. Kebenaran Ilmu pengetahuan harus terus dicari dan dibuktikan dan membutuhkan waktu, ketelitian dan kesabaran.
Postdicipliner - Gotong Royong Ilmu Pengetahuan.
Mungkin inilah akhir dari Era “Keangkuhan Dicipliner – Liniaritas”.