Kata Maklumat membawa pesan psikologis penting bahwa ini dalam keadaan darurat, Sayang “Maklumat itu : tidak diteruskan diganti dengan istilah yang sudah biasa yaitu “operasi”. Bagaimanapun kondisi masih Darurat – dan Ketegasan itu Perlu. Akan percuma TNI/Polri diturunkan apabila payung hukumnya sendiri tidak Kuat.
Selanjutnya untuk jalan lain mau tidak mau harus dengan Jalan Budaya dan Jalan pendidikan, Ini Jangka Panjang tapi harus segera dibangun. Membangun Budaya baru selain Budaya Tanggap Bencana misalnya, dengan Budaya Antisipasi Pandemi – dan Membudayakan Emphaty bagi anak-anak muda terutama sebagai bagian meningkatkan rasa altruisme haras terus dilakukan.Kepedulian banyak anak muda saat awal-awal pandemi dengan banyak mengkoordinasikan bantuan bagi yang mampu harus terus ditumbuhkembangkan.
Platform "kitabisa.com" harus diperbanyak, Dan Sebaiknya Kementrian Sosial memberdayakan anak-anak muda yang telah banyak berinisiatif ini muncul. Tidak Perlu harus Mentrinya yang tampil tapi misalnya Kemsos dengan Anak-anak muda masjid /geraj dan anak muda di temapta peribatan lainnya. juga kelompok anak muda lainnya dilibatkan, Ini Pentng untuk membangun sifat Altruisme terus menerus.
Membangun terus upaya mengajarkan masyarakat cara berpikir, bukan apa yang harus dipikirkan (Socrates). Berpikir berarti memeriksa dan bertanya. Berpikir harus menampilkan peran penting sehubungan dengan kebenaran yang diperoleh. Berpikir juga, seperti yang telah kita lihat, menempatkan diri kita pada posisi orang lain, membuat mereka hadir pada saat membuat keputusan atau bertindak.
Dan terakhir adalah terus menumbuhkan kembangkan akal sehat, sebagai sensus communalis yang mengintegrasikan kita ke dalam komunitas bersama bersama orang lain yang berbeda dan menjadikan kita anggota komunitas itu.Dan untuk alasan ini, pelaksanaan akal sehat membutuhkan ruang publik yang saling menghargai, bukan menghinakan. Akal sehat memicu imajinasi dengan menghadirkan semua yang absen dari komunitas .Inilah tepatnya menempatkan diri kita di tempat yang lain.
Bagaimanapun kita harus terus membangun yang seperti Arendt kemukakan :"semesta kewajiban moral", yaitu, kewajiban saling membantu dan menghormati dalam mayarakat kita. Ini membangun yang Emmanuel Lévinas, kembangkan tentang "etika wajah", bahwa
"Karena Yang Lain menatapku, aku bertanggung jawab untuknya" .
Semoga ..
Sumber bacaan :
Cristina Sánchez Muñoz, 2017, Political Responsibility in the Construction of the Public Realm: Reflections Based on Hannah Arendt, Universidad Autónoma de Madrid, didownload: 20/06/2020 : 10.00 Wib
Hannah Arendt: “Responsability colectiv”, in: Hannah Arendt: Barcelona: Paidós, 2007, p. 156
Ken Buckle, The Psychology of Indifference, Didowload : 20/06/20 :08.00