Mohon tunggu...
Syam Asinar  Radjam
Syam Asinar Radjam Mohon Tunggu... Petani - petani

petani

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Arak dari Lembata

21 Januari 2025   13:06 Diperbarui: 21 Januari 2025   13:06 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13649781611239262736

"Arak adalah salah satu ke-khas-an Lembata," tutur Jerry, satu karib di Lembata. Selain untuk dikonsumsi sendiri, juga sebagai sajian penting menyambut tamu dari luar pulau.

Sejauh penelusuran saya, tuak dan arak menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di Pulau Lembata terkait dengan kondisi alam di sana. Bukan karena gemar bermabuk-mabukan.

Lembata, di Timur Nusantara, beriklim kering. Ketersediaan air terbatas. Terutama di kawasan dataran tinggi pedalaman pulau.

Pada masa lalu, untuk mendapatkan air, masyarakat dataran tinggi ini mesti menempuh perjalanan berkilometer dari perkampungan mereka. Selain jarak, persoalan topografi yang berbukit-bukit membuat pekerjaan mengambil air sangat melelahkan.

Meski sudah makan banyak tenaga, tetapi air yang dapat terangkut hanya sedikit.

Pengetahuan memproduksi tuak dan arak pernah jadi solusi terhadap kelangkaan air minumdi tanah tandus. Tuak dan arak mengandung gula. Mengonsumsi minuman beralkohol tersebut dapat menahan rasa haus, sekaligus memberi energi. Dan kemudian menjadi kebudayaan hingga kini.

Sekalipun perkampungan masyarakat berangsur pindah mendekati pantai dan sumber-sumber air di dataran rendah. Tuak dan arak menjadi bagian tak terpisahkan dalam perayaan adat seperti pernikahan, kematian, dan lainnya.

"Bahkan arak menjadi jamuan khusus dalam upacara adat untuk menjamu tamu yang baru mendarat di Lembata," tutur Jerry sambil menjelaskan sajian lain yang mengiringi arak bagi sang tamu pulau. Yaitu, tembakau dan sajian berbahan daging ternak."

Keterangan Jerry memancing seloroh, "nanti malam kita adakan upacara adat itu, ya." Lalu, terjadilah.
* * *

Di nusantara, tuak dan arak sebagai bagian dari budaya dapat ditemukan di sejumlah tempat. Tak jarang dianggap pula sebagai minuman terlarang dan berbahaya.

Ketika sedang menulis catatan ini, media massa di kampung halaman saya menyiarkan penyitaan tuak oleh aparat keamanan. Sementara, di minimarket waralaba yang buka 24 jam, orang-orang kota dengan bebas menikmati minuman ber-alkohol kadar lebih rendah dari tuak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun