Mohon tunggu...
Sukarja
Sukarja Mohon Tunggu... Desainer - Pemulung Kata

Pemulung kata-kata. Pernah bekerja di Kelompok Kompas Gramedia (1 Nov 2000 - 31 Okt 2014)

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Di Balik Pujian Jokowi ke Mega, Benarkah Sikap Politik Mega Kembali Diuji?

21 Juni 2022   20:50 Diperbarui: 22 Juni 2022   09:36 485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko widodo saat membuka rakernas kedua PDI Perjuangan di Lenteng Agus (TribunNews.com)

Sejak hari ini, Selasa (21/6/2022) hingga kamis (23/6/2022), Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang kedua digelar Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan. 

Ada hal yang cukup menarik perhatian saat rakernas dibuka oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Dalam pidatonya, Jokowi memuji Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri. 

Kata Jokowi,  aura kecantikan Megawati tak pernah memudar walaupun sudah berumur 57 tahun. 

Sontak ucapan Jokowi disambut tepukan tangan peserta yang hadir, dan Megawati pun dibuat tersipu malu, karena disebut berusia 57 tahun. 

Padahal, usia sesungguhnya Presiden ke-5 RI itu adalah 75 tahun.

Bukan hanya itu, acara Rakernas PDI Perjuangan ini juga terbilang istimewa, karena bertepatan dengan hari kelahiran Presiden Jokowi yang ke-61 tahun. 

Oleh karena itu, panitia Rakernas juga telah menyiapkan tumpeng untuk perayaan hari lahir Jokowi.

Dalam tulisan ini, penulis mencoba untuk menyoal makna pujian Jokowi terhadap Megawati yang membuat Mega tersipu malu. 

Bagi penulis, pujian Jokowi ini bukan sekadar pujian. Pujian Jokowi ini juga sarat akan makna. 

Pujian ini, tentu punya arah dan tujuan. Selain untuk menghangatkan suasana, pujian Jokowi ini juga, bisa dibilang untuk menghilangkan kesan adanya "perpecahan" antara Presiden Jokowi dan Ketum Partai Terbesar di Indonesia tersebut.

Apa tujuan Pujian Jokowi?

Seperti sudah diketahui, berdasarkan amanat Kongres V PDI-P, sebagai Ketua Umum, Megawati mempunyai hak prerogatif untuk mengusung calon presiden dan calon wakil presiden. 

Oleh karena itu, di dalam pidatonya di rakernas hari ini, Mega meminta kadernya untuk "Out" bila mengabaikan hasil kongres dan bermanuver jelang Pilpres 2024.

"Kalian siapa yang berbuat manuver-manuver, keluar! Karena apa, tidak ada di dalam PDI Perjuangan itu main dua kaki, main tiga kaki, melakukan manuver!" kata Mega, seperti dikutip Kompas.com (21/6/2022).

Kata-kata Mega di atas tentu saja menyasar pada kader-kader PDI Perjuangan yang selama ini menghiasi perbincangan di seputar Pilpres 2024, bisa ke Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo atau ke Ketua DPR RI, Puan Maharani.

Mempersoalkan siapa bakal capres yang akan diusung PDI Perjuangan, tentu saja semuanya bergantung pada sosok Mbak Mega. 

Di sinilah, sikap Megawati kemudian kembali diuji. 

Apakah ingin mencalonkan darah dagingnya sendiri, Puan Maharani? Atau kadernya yang lain, yang di setiap survei selalu bertengger di urutan teratas, Ganjar Pranowo? Entahlah, tak seorang pun mengetahuinya.

Namun, jika harus ditelisik jauh ke belakang, tepatnya saat Pilpres 2014. 

Tampaknya, saat itu, Megawati Soekarnoputri harus tunduk pada kehendak rakyat yang tergambarkan dalam beberapa survei (jajak pendapat), yakni mengusung Gubernur DKI Jakarta Jokowi sebagai capres di Pilpres 2014 bersama Muhammad Jusuf  Kalla (JK) sebagai cawapresnya.

Ya, saat itu, Mega tidak memaksakan diri untuk kembali mencalonkan dirinya sebagai capres. 

Atau, menggunakan hak prerogatifnya untuk mengusung anak biologisnya, seperti Puan Maharani.

Akankah di Pilpres 2024, Mega kembali dibuat tunduk oleh hasil berbagai jajak pendapat, yang santer belakangan ini?

Presiden Joko Widodo saat berpidato di Rakernas V Pro Jokowi di Magelang (Dokumentasi/Sekretariat Presiden)
Presiden Joko Widodo saat berpidato di Rakernas V Pro Jokowi di Magelang (Dokumentasi/Sekretariat Presiden)

Nama Ganjar Pranowo memang sangat santer diperbincangkan sebagai sosok penerus tongkat kepemimpinan pasca berakhirnya masa jabatan Jokowi di tahun 2024 nanti. 

Selain tergambar pada setiap hasil jajak pendapat, nama Ganjar juga tersirat saat Rakernas Pro Jokowi (Projo) di Magelang (21/5/2022) lalu.

Namun, seperti juga mengambil sikap Partai (PDIP) yang belum mengusung siapa pun bakal capres dan cawapres, Presiden Jokowi yang hadir saat itu mengatakan "Ojo Kesusu".

Namun, banyak pihak mengatakan, sepertinya Jokowi secara spontan telah memberikan "kode" capres di Rakernas Projo tersebut.

"Yang berkaitan dengan politik, karena kita fokus selesaikan masalah itu, maka ojo kesusu sik, jangan tergesa-gesa, meskipun mungkin yang kita dukung ada di sini (di arena Rakernas)," kata Jokowi disambut riuh tepuk tangan peserta Rakernas V Projo, Kompas.com (23/5/2022).

Nah, sepertinya ada keterkaitan antara pujian Jokowi terhadap Megawati saat membuka Rakernas II PDI Perjuangan hari ini dan "kode capres" yang dinyatakan Jokowi di Rakernas Projo, yang kebetulan juga dihadiri Ganjar. 

Tampaknya, pujian yang disampaikan Jokowi juga untuk menghilangkan kesan mendahului Mega soal pencapresan. 

Di sini, Jokowi seperti meminta Mega untuk melihat dan mendengar aspirasi dari luar partai. 

Tak bisa dipungkiri,  ada harapan dari unsur di luar  PDI-P, yakni dari para pendukung Jokowi yang menginginkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai pemegang tongkat estafet berikutnya.

Bagaimana menurut Anda? Silakan sampaikan komentar Anda di bawah ini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun