Saat ini pembangunan baru terselesaikan di tahap 1A dengan luas terminal 96.200 meter persegi. Adapun ultimate terminal bandara yang mengusung konsep burung merak ini mencapai 209.500m persegi.
Sejak diresmikan Presiden Jokowi pada Mei 2018 lalu, bandara sudah secara resmi dioperasikan Juni 2018.Â
Saat ini, Bandara Kertajati baru memiliki satu landasan pacu atau runway sepanjang 2.500 meter. Runway ini akan bertambah menjadi 3.500 meter. Tujuan perluasan agar bandara bisa didarati pesawat berbadan lebar, seperti Airbus A380-800. Di tahap akhir, bandara ini akan memiliki dua landasan pacu.
Dengan kapasitas tersebut, setidaknya Bandara Kertajati bisa melayani 5,6 juta penumpang per tahunnya, dan dipastikan bisa menampung 18 juta lalu lintas penumpang di tahun berikutnya.
Adanya sejumlah infrastruktur yang akan dan telah dibangun serta upah minimum pekerja yang kompetitif, pastinya dapat menjadi pemikat utama datangnya investasi.
Kehadiran Bandara Kertajati ini merupakan upaya pengembangan Jawa Barat di masa datang, yaitu dengan menitikberatkan  wilayah Patimban di Subang dan Cirebon.Â
Tiga titik inilah, yaitu Cirebon, Patimban, dan Kertajati yang akan menopang wilayah lainnya di utara untuk dijadikan kawasan segitiga emas perekonomian baru yang dinamakan 'rebana'. Dan, tentu saja kedepannya berpeluang menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meyakini Bandara Kertajati akan menjadi Pusat Perekonomian Jabar. Â
"Sebab, sumbangan perekonomian Jabar kepada nasional kan besar. Sehingga, kalau kita bisa membangun konektivitas lewat pelabuhan, bandara, dan jalan, itu akan membuka kesempatan produksi dan nilai tambah ekonomi di Jabar," ujar Budi Karya.
Manfaat dari pembangunan infrastruktur, biasanya memang tidak dirasakan dalam waktu yang singkat. Seperti yang dikatakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dari hasil penelitian yang diketahuinya, bahwa sebuah bandar udara, baru akan ramai setelah 10 tahun.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!