Anda dan juga saya atau siapa pun itu, tentunya sudah mengetahui bahwa Provinsi Jawa Barat (Jabar) merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, itu pun tanpa disertai Provinsi Banten yang sudah menjadi provinsi tersendiri.
Jika kita mengacu pada data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018, jumlah penduduk Indonesia diperkirakan sebesar 261.890.900 jiwa yang tersebar di 34 provinsi. Dari jumlah tersebut, Jabar merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar, yaitu dengan jumlah 48.037.600 jiwa atau sekitar 18,3%
Mensejahterakan penduduk Jawa Barat, sama artinya dengan mensejahterakan sekitar 18 % lebih penduduk Indonesia. Oleh karena itu, besarnya perhatian Pemerintah Pusat di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo terhadap Jabar perlu diapresiasi dan juga perlu didukung sepenuhnya.
Bagaimana tidak bangganya warga Jabar dengan diresmikannya Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Â atau biasa disebut Bandara Kertajati, Â sejak Mei 2018 lalu.Â
Apalagi, Bandara Kertajati  di Majalengka ini merupakan bandara bertaraf internasional terbesar kedua setelah Soekarno-Hatta.
Sekadar untuk diketahui, Bandara Kertajati ini merupakan bandara yang pembangunannya diinisiasi oleh masyarakat Jabar dengan beberapa tokoh, di antaranya Gubernur Danny Setiawan (yang menjabat tahun 2003-2008) bersama beberapa anggota Kadin saat itu. Keinginan ini muncul setelah Banten memisahkan diri.
Dengan kata lain, masyarakat Jabar sendiri yang merasa membutuhkan kehadiran bandara ini, mengingat Bandara Husein Sastranegara di Bandung sudah tidak dapat lagi dikembangkan, karena Bandung sendiri sudah menjadi kota yang padat.
Masih ada saja yang 'nyinyir' dan menganggap pembangunan Bandara Kertajati ini sebagai sebuah pemborosan. Bahkan, tak sedikit elite politik yang menuding, apa yang dilakukan Jokowi hanya sebagai 'gincu politik' menjelang Pilpres 2019.
Apa yang dilakukan Jokowi untuk Indonesia selalu salah di mata orang-orang -yang kalau mau disebut- sebagai rival politiknya.Â
Apa lagi kalau tujuan mereka 'nyinyir' itu untuk sekadar mempolitisasi keadaan dengan tujuan mendapatkan kekuasaan.Â
Bagaimana jika orang seperti itu akhirnya berkuasa? Dengan visi yang berbeda dengan Jokowi, tentu saja kita akan khawatir dengan apa yang sudah dibangun Jokowi selama ini, yang kesemuanya untuk kesejahteraan rakyat.
Penulis meyakini, tidak semua warga Jabar menerima tudingan miring orang-orang seperti  Prabowo, Sandiaga Uno,  atau Fadli Zon, dan orang-orang yang berada di belakangnya.
Bukankah penulis sudah mengatakan di depan, Bandara Kertajati ini adalah keinginan dan perjuangan masyarakat Jabar sendiri lebih dari 10 tahun lalu.Â
Namun, jika pembangunanya baru benar-benar dikatakan serius di masa Pemerintahan Jokowi, itu karena memang kebetulan Pemerintahan Jokowi-JK lebih menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur.
Soal akses menuju bandara yang katanya masih dirasakan sulit hingga membuatnya jadi sepi, tentu saja hal itu bukan tidak dipikirkan dan lepas dari perhatian Pemerintah. Bahkan, bukan hanya infrastruktur jalan yang akan dibangun untuk menjamin aksesbilitas bandara Kertajati, Â sarana dan prasarana lainnya tidak ketinggalan juga akan dibangun.
Perlu diketahui, Â membangun bandara tidak bisa disamakan dengan membangun jalan. Membangun bandara itu dalam satu area, sehingga tidak serumit dalam pembebasan lahannya, seperti pada pembangun jalan. Karena itu, Bandara Kertajati ini secepatnya dibangun, sebab kalau terlambat, biaya pembangunannya bisa semakin membengkak.
Bandara  dengan kelas internasional ini terletak di Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka. Lokasinya  diperkirakan berjarak  68 km dari Kota Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat. Posisinya tentu saja sangat strategis, karena berada  di sekitar area berkembang di Jawa Barat.
Bahkan, aksesibilitas Bandara Kertajati ini akan lebih terjamin lagi  dengan adanya jalan raya dan kereta api yang menghubungkan Bandung, Kertajati, dan Cirebon.
Begitu pula,  jalan tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) untuk menghubungkan Bandung dan Kertajati, kemudian Jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali) yang menghubungkan Kertajati dan Kawasan Industri Karawang, serta  jalur langsung menuju pelabuhan Cirebon.
Secara keseluruhan, Bandara Kertajati dibangun di atas lahan seluas 1.800 ha, dalam tiga tahap pembangunan.Â
Saat ini pembangunan baru terselesaikan di tahap 1A dengan luas terminal 96.200 meter persegi. Adapun ultimate terminal bandara yang mengusung konsep burung merak ini mencapai 209.500m persegi.
Sejak diresmikan Presiden Jokowi pada Mei 2018 lalu, bandara sudah secara resmi dioperasikan Juni 2018.Â
Saat ini, Bandara Kertajati baru memiliki satu landasan pacu atau runway sepanjang 2.500 meter. Runway ini akan bertambah menjadi 3.500 meter. Tujuan perluasan agar bandara bisa didarati pesawat berbadan lebar, seperti Airbus A380-800. Di tahap akhir, bandara ini akan memiliki dua landasan pacu.
Dengan kapasitas tersebut, setidaknya Bandara Kertajati bisa melayani 5,6 juta penumpang per tahunnya, dan dipastikan bisa menampung 18 juta lalu lintas penumpang di tahun berikutnya.
Adanya sejumlah infrastruktur yang akan dan telah dibangun serta upah minimum pekerja yang kompetitif, pastinya dapat menjadi pemikat utama datangnya investasi.
Kehadiran Bandara Kertajati ini merupakan upaya pengembangan Jawa Barat di masa datang, yaitu dengan menitikberatkan  wilayah Patimban di Subang dan Cirebon.Â
Tiga titik inilah, yaitu Cirebon, Patimban, dan Kertajati yang akan menopang wilayah lainnya di utara untuk dijadikan kawasan segitiga emas perekonomian baru yang dinamakan 'rebana'. Dan, tentu saja kedepannya berpeluang menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK).
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meyakini Bandara Kertajati akan menjadi Pusat Perekonomian Jabar. Â
"Sebab, sumbangan perekonomian Jabar kepada nasional kan besar. Sehingga, kalau kita bisa membangun konektivitas lewat pelabuhan, bandara, dan jalan, itu akan membuka kesempatan produksi dan nilai tambah ekonomi di Jabar," ujar Budi Karya.
Manfaat dari pembangunan infrastruktur, biasanya memang tidak dirasakan dalam waktu yang singkat. Seperti yang dikatakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, dari hasil penelitian yang diketahuinya, bahwa sebuah bandar udara, baru akan ramai setelah 10 tahun.
"Jadi, jangan hariwang (khawatir), karena itu semua butuh strategi," kata Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.
Bandara Kertajati sudah lama diperjuangkan masyarakat Jabar, dan kini sudah tampak di depan mata. Sebagai masyarakat yang religius, tentu saja masyarakat Jabar patut mensyukurinya dan tentu saja akan menjadikan Bandara Kertajati ini sebagai kebanggaan masyarakat Jawa Barat.
Salam dan terima kasih!
Sumber:
- AyoBandung.com (02/04/2018): "BIJB Segera Rampung, Aher Ungkap Sosok di Balik Pembangunannya"
- Kompas.com (21/02/2019): "Saran Bappenas soal Pengembangan Segitiga Emas Jabar"
- AntaraNews.com (18/03/2019): "Bandara Kertajati diproyeksikan jadi bandara kargo e-commerce"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H