Prabowo pun tak segan-segan menunjuk Sandiaga Uno sebagai cawapresnya, dan ini bertolak belakang dengan yang diajukan pendukungnya dari kelompok ulama yang dikomandoi Habib Rizieq Shihab, yang lebih merekomendasikan nama Ustadz Abdul Somad atau politisi dari PKS Salim Segaf Aljufri.
Berikutnya, peristiwa yang dianggap begitu menghebohkan. Peristiwa pemukulan Ratna Sarumpaet, dibuat seakan-akan sebuah kebenaran, dimana tujuannya  untuk menyebarluaskan ketidakpercayaan masyarakat pada keamanan negara. Faktanya yang dibuat, Rata Sarumpaet yang sudah berusia 70 tahunan itu dianiaya sekelompok orang. Peristiwa ini disebarluaskan secara masif  oleh beberapa elite koalisi, seperti Prabowo Subianto, Fadli Zon, Fahri Hamzah, bahkan Hanum Rais, putri Amien Rais. Namun, akhirnya kebenaran terkuak, dan terbukti bahwa semua itu adalah kebohongan.
Tak cukup di situ, kubu Prabowo-Sandi juga mengatakan pada September 2018 lalu, telah menemukan 8 juta daftar pemilih tetap (DPT) ganda. Informasi yang tidak jelas ini sengaja disebarluaskan untuk memberikan kegaduhan di tengah masyarakat. Tujuannya agar timbul ketidakpercayaan masyarakat terhadap lembaga Komisi Pemilihan Umum (KPU), sebagai lembaga yang menentukan proses pemilihan presiden ini. Narasi kebohongannya dibuat seakan-akan KPU berpihak pada pasangan Jokowi-Ma'ruf.
"Kalau saya melihat, itu sebagai motif politik. Karena kalau gitu sampaikan saja ke KPU. Karena saya melihat proses verifikasi juga dilakukan," kata Sekretaris Timses Jokowi-Ma'ruf, Hasto Kristiyanto, seperti dikutip Detik.com(14/09/2018).
Selanjutnya Cawapresnya Sandiaga Uno yang menyebut pembangunan Tol Cipali tidak yang dilakukan perusahaan miliknya tanpa sedikitpun menggunakan utang. Â Sekali lagi, kedok kebohongan itu pun terbuka, karena sesungguhnya ada perjanjian sindikasi bank untuk pembangunan jalan tol tersebut.Â
Termasuk, kebohongan berita mengenai adanya 7 kontainer di Tanjung Priok, yang berisi surat suara yang sudah dicoblos untuk pasangan Jokowi-Ma'ruf. Dan, berita bohong itu disebarluaskan oleh Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief melalui akun twitternya, meski kemudian cuitan itu dihapusnya. Bayangkan 7 kontainer, yang diperkirakan berisi surat suara berjumlah 70 jutaan.
Sampai saat ini, Â penerbitan media seperti Tabloid Obor Rakyat atau pabrik hoax Saracen di Pilpres 2019 ini memang belum kelihatan. Namun, bukan berarti artinya benar-benar tidak ada. Â Karena begitu sigapnya aparat penegak hukum yang membuat para penyebar hoax harus berpikir panjang dalam melakukan aktivitasnya jahatnya itu.
Buktinya, Bagus Bawana  sang kreator hoax 7 kontainer berisi surat suara yang sudah dicoblos itu, dengan cepatnya dicokok aparat kepolisian. Ternyata Agus Bawana adalah Ketua Dewan Koalisi Relawan Nasional (Kornas) Prabowo Subianto, dan ternyata Gerindra tidak mengakuinya.Â
Kalau bisa dibilang, inilah tim siluman, yaitu tim yang tidak masuk dalam tim yang didaftarkan Prabowo-Sandi ke KPU. Â Namun, yang pasti, tim siluman ini punya ikatan secara tidak langsung dengan tim pemenangan resmi Prabowo-Sandi. Demikian halnya dengan Tabloid Obor Rakyat, yang kemudian terkuak dan diakui keterlibatannya.