Kita semua sepakat bahwa era keterbukaan yang kita alami saat ini, tentu saja jauh berbeda jika harus dibandingkan sebelum reformasi.Â
Pembagian kekuasaan yang ada pun tentu sudah jauh lebih baik dibandingkan di masa Orba.
Namun, bukan berarti kekuatan orde baru sudah tak lagi berambisi untuk kembali berkuasa. Bahkan, rezim ini sudah semakin berani memperlihatkan taringnya,  melalui Partai Berkarya  yang didirikan oleh anak-anak sang penguasa orde baru, Soeharto.
Sudah cukup…
Sudah saatnya Indonesia kembali seperti waktu era kepemimpinan Bapak Soeharto yang sukses dengan swasembada pangan, mendapatkan penghargaan internasional dan dikenal dunia.https://t.co/G58g7RuE5I— Titiek Soeharto (@TitiekSoeharto) November 14, 2018
Kondisi ekonomi dan politik yang ada saat ini, sengaja dimanfaatkan oleh para penerus Soeharto, dengan mengembalikan kenangan masyarakat yang seakan-akan hidup nyaman di masa Orba, karena Soeharto memang berhasil menghegemoni masyarakat Indonesia, dengan memunculkan narasi bahwa Orde Baru itu baik.
Ketika rakyat diingatkan dengan kasus pelanggaran HAM yang terjadi di era Soeharto, semua itu akan terbuka bahwa rezim Soeharto memang sarat dan tak bisa dilepaskan dari pelanggaran HAM.
Namun, hegemoni yang muncul juga mampu menutupi berbagai kasus pelanggaran HAM yang terjadi selama pemerintahan Soeharto.Â
Seperti diketahui, Â kejadian-kejadian yang mengiringi perjalan Soeharto sejak tahun 1967 hingga lengsernya 1998, semua sarat dilalui tanpa melewatkan sedikitpun dari pelanggaran HAM.
Bahkan, sebelum lengser dan jatuhnya rezim Orde Baru ini pada 1998, juga diiringi dengan kerusuhan massal dan penculikan para aktivis, yang hingga saat ini belum diselesaikan secara tuntas. Bahkan, capres nomor urut 02, Prabowo Subianto pun termasuk salah satu orang yang dianggap terlibat.
Lantas, bagaimana kita bisa berharap banyak bahwa pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi selama 32 tahun berkuasanya rezim orde baru bisa dengan mudah akan diselesaikan, jika yang berkuasa justru orang-orang yang secara politis adalah penerus rezim otoriter tersebut.Â