Namun, perjalanan tidak berhenti di situ. Kepala sekolah memutuskan untuk memberikan PMR satu kesempatan terakhir: mereka harus menyelenggarakan simulasi tanggap bencana yang melibatkan seluruh siswa. Jika simulasi itu berhasil, PMR akan mendapatkan anggaran penuh dan dukungan dari sekolah.
Dengan kerja keras dan bimbingan dari beberapa alumni PMR yang diundang khusus, Kayla dan timnya mempersiapkan simulasi tersebut dengan sangat matang. Hari pelaksanaan tiba, dan simulasi berjalan lancar. Semua siswa terlibat aktif, dan bahkan kepala sekolah yang awalnya skeptis mengakui pentingnya keberadaan PMR.
Setelah berhasil melaksanakan simulasi tanggap bencana yang sukses, PMR semakin mendapatkan perhatian dari seluruh sekolah. Tak lama setelah itu, sebuah kesempatan besar muncul. OSIS mengadakan kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan OSIS (LDKO), yang merupakan acara tahunan bagi anggota OSIS baru. Kegiatan ini melibatkan berbagai aktivitas fisik dan mental yang membutuhkan pengawasan ketat terhadap keselamatan peserta.
Pada hari pertama LDKO, suasana semula berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sebuah insiden terjadi. Saat kegiatan di luar ruangan berlangsung, sebuah kejadian tak terduga membuat ketegangan di seluruh peserta. Salah seorang peserta, Dina, tiba-tiba pingsan di tengah kegiatan. Sebelumnya, Dina terlihat sangat gelisah dan terkejut, bahkan ada yang mengatakan bahwa ia sempat melihat sesuatu yang aneh di antara pepohonan.
Beberapa peserta lain mulai merasakan aura yang tidak biasa di sekitar lokasi kegiatan. Ada yang mendengar suara langkah kaki yang berat meski tidak ada seorang pun di sekitar, sementara yang lain merasa seperti ada yang mengawasi mereka. Ketegangan semakin meningkat saat beberapa orang melaporkan melihat sosok samar di antara bayang-bayang pohon. Beberapa peserta mulai panik, dan suasana menjadi kacau.
Mendengar teriakan dan kegaduhan, Kayla dan anggota PMR yang dilibatkan pada acara tersebut segera bergerak cepat. Kayla yang tahu harus tetap tenang, langsung memimpin teman-temannya untuk menenangkan peserta dan memastikan keselamatan mereka. Arya yang membawa perlengkapan medis segera menghampiri Dina yang masih terkulai tak sadarkan diri.
Kayla yang sudah terbiasa menghadapi situasi darurat tetap fokus untuk merawat Dina yang kini mulai sadar kembali. Dengan bantuan tim PMR, mereka segera membawa Dina ke ruang UKS dan memberinya perawatan lebih lanjut. Setelah beberapa saat, Dina mulai pulih, meskipun masih terlihat shock akibat pengalaman aneh yang baru saja dialaminya.
Namun, kejadian itu tidak hanya membuat Dina terkejut. Seluruh peserta LDKO mulai merasa cemas dan beberapa bahkan ingin pulang
Pada malam hari teror semakin menjadi-jadi, setelah sesi latihan fisik yang cukup intens, suasana LDKO mulai berubah menjadi lebih tegang. Beberapa peserta merasa tidak enak badan, mengeluh pusing, mual, bahkan ada yang tiba-tiba pingsan. Kayla dan anggota PMR yang masih terlibat dalam acara tersebut segera bergerak cepat untuk memberikan pertolongan pertama.
Namun, ketegangan semakin meningkat ketika salah seorang peserta, Mira, mulai menunjukkan perilaku yang sangat aneh. Mira, yang biasanya ceria dan enerjik, kini terlihat sangat pucat dan gerak-geriknya lambat. Beberapa peserta mulai merasa bahwa ada yang tidak beres, dan mereka mendekati Mira dengan rasa cemas.
"Ini bukan Mira," bisik salah seorang peserta kepada temannya, terlihat ketakutan.