Mohon tunggu...
Syaikhul Hadi
Syaikhul Hadi Mohon Tunggu... Jurnalis - Buruh Tulis

Belajar nulis Ben pinter

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Cara Jurnalis "Kelola Keuangan Rumah Tangga" di Tengah Ketidakpastian

29 Juni 2020   22:48 Diperbarui: 29 Juni 2020   22:51 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wabah  Coronavirus Diseas (Covid-19) menyisakan persoalan bagi seluruh lapisan masyarakat. Berawal dari kasus lokal merebak keseluruh dunia.  Penyebarannya melalui transmisi lokal antar penduduk, dari satu negara ke negara yang lain, atas hingga kalangan yang paling bawah. 

Masih segar dalam pikiran kita, bagaimana wabah mulai menyelimuti  masyarakat. Perkembangan informasi yang begitu cepat dimana sejak teridentifikasinya satu - dua orang hingga menyebar ke berbagai penjuru, membuat pemerintah dengan segala kebijakannya harus bergerak cepat. Bukan tidak mungkin, krisis kesehatan membuat masyarakat harus membekali diri dengan berbagai protokol kesehatan. 

Sayangnya, kala pandemi mulai masuk ke Indonesia, justru dimanfaatkan pihak pihak tertentu untuk mengambil keuntungan pribadi. Apakah anda termasuk orang yang pernah mengalami kehabisan stok saat membeli masker, vitamin dan lain-lain, atau justru harus merogoh kocek dalam dalam untuk memenuhi kebutuhan tersebut? 

Fenomena seperti ini seringkali  menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Padahal, perilaku yang seperti ini bisa menimbulkan lonjakan harga, kepanikan massal, rasa cemas hingga berdampak negatif pada perekonomian nasional. Jika itu yang terjadi, maka akan mengganggu Stabilitas Sistem Ekonomi (SSK) di Indonesia. 

Namun yang lebih mengkhawatirkan lagi,  jika berdampak pada penjarahan massal ditengah masa pandemi seperti yang terjadi di beberapa negara bagian.  Beruntung, masyarakat Indonesia yang kian cerdas mampu meredam segala bentuk yang merugikan orang lain. 

Bank Indonesia (BI), sebagai bank sentral di Indonesia bertugas menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Baik dari aspek kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa domestik (inflasi) maupun kestabilan nilai mata uang negara lain (kurs). Ditengah wabah pandemi covid-19 ini, bukan perkara mudah menjaga stabilitas nilai rupiah. Nah, untuk menjaga nilai rupiah juga tidak terlepas dari sistem keuangan yang ada di Indonesia. 

Sistem keuangan sendiri terdiri dari Lembaga Keuangan, Pasar Keuangan, Infrastruktur Keuangan, Perusahaan non keuangan maupun rumah tangga. Mereka saling berinteraksi dalam pendanaan maupun pembiayaan untuk menumbuhkan perekonomian di Indonesia. 

Disini kami ingin berbagi pengalaman  yang dialami seorang rekan kami, bagaimana dia mengelola kebutuhan rumah tangga ditengah ketidakpastian (covid-19). Dia adalah Catur Andi alias Cak Gogon. Paruh baya asal Kabupaten Sidoarjo tersebut merupakan seorang jurnalis disalah satu perusahaan media cetak di Jawa Timur. 

Beberapa waktu lalu dia, sempat bertutur seperti ini, "Orep iku dilakoni ae. Rejeki wes onok sing atur, (Hidup itu dilakukan saja. Rejeki sudah ada yang mengatur)," ungkap Cak Gogon sembari menyalakan sebatang rokok nya. 

"Sing penting ora ngelarani atine wong. (Yang penting tidak menyakiti hati orang lain)," katanya meneruskan. 

Kemudian dia bercerita, "saiki, wong-wong podho sambat gara-gara korona. Sing kelakoane sepi lah, onok sing metu teko kerjoane, wes macem-macem.  (sekarang ini banyak orang yang susah menghadapi pandemi covid-19. Ada yang pekerjaanya sepi , ada juga yang keluar dari pekerjaanya. Bermacam-macam (keluhan)," ungkapnya. 

"Ngedepi korona ora usah dipikir nemen-nemen. Lakonono opo sing isok dilakoni, rejeki insya allah ngalir. (Menghadapi korona jangan terlalu dipikirkan. Lakukan apa yang bisa kamu lakukan. Insya allah rejeki mengalir)," tambahnya. 

Covid-19, memang menghantam sendi-sendi lapisan masyarakat. Mulai dari aspek kesehatan hingga ketahanan pangan rumah tangga. Betapa tidak, sejak diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), masyarakat lebih banyak beraktifitas dirumah. Sekolah, kantor, pabrik banyak meliburkan diri untuk mengantisipasi adanya penyebaran covid-19. Sehingga yang terjadi perekonomian pun menurun. 

Ditengah ketidakpastian itu, tak sedikit warga yang harus beralih pekerjaan. Misal menjual produk berbasis online, bahkan ada juga yang hanya berdiam diri dirumah tanpa melakukan apapun. 

Berbeda dengan Cak Gogon, sebagai seorang jurnalis dia tidak hanya mengandalkan pekerjaanya untuk tetap menghidupi kebutuhan keluarga. Dulunya, dia hanya sebagai sirkulasi disalah satu perusahaan media cetak pada tahun 2000 an. Karena semangat dan kegigihannya, dia diterima sebagai jurnalis. 

Menjadi seorang jurnalis memang membutuhkan komitmen yang tinggi. Terlebih dijaman yang serba canggih, informasi kian mudah didapatkan. Hanya saja, masyarakat masih terbelenggu dengan informasi-informasi yang belum benar adanya. 

Disituasi yang seperti ini, memang tugas berat seorang jurnalis untuk memfilter informasi hoax. Apalagi saat pandemi covid-19. Kesehariannya, dia mengaku melakukan aktifitas seperti biasanya namun dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan. Seperti penggunaan masker dan hand sanitizer. 

Meski meminimalisir tatap muka, dia tetap produktif mengirim berita-berita terupdate. Lantas bagaimana sih cara dia mengelola kebutuhan rumah tangga ditengah ketidakpastian?

A. Memanfaatkan Bisnis Cathering 

dok. pribadi
dok. pribadi

Selain jadi seorang jurnalis, dia memiliki bisnis cathering "ayam bakar". Bisnis yang dilakoni sejak 15 tahunan yang lalu sampai saat ini masih tetap bertahan. Baginya, memiliki pendamping hidup yang pintar memasak merupakan sebuah  anugerah. Hal itulah yang melatarbelakangi cak Gogon untuk memulai bisnis kecilnya.

Meski dalam kondisi pandemi, dirinya mengaku bersyukur sebab masih ada saja pesanan yang masuk untuk memesan ayam bakar buatan sang istri. Di hari-hari biasa sebelum dilanda covid-19, pesanan ayam bakarnya bisa sampai 50 ekor keatas. Namun, saat pandemi pesanannya terbilang standar yakni 25-50 ekor per hari. 

"Alhamdulillah, masih saja ada pemesan. Padahal kalau dilihat dari kondisinya sepertinya sudah tidak memungkinkan," ucapnya. 

Dalam berbisnis, diakuinya memang terjadi pasang surut. Apalagi kalau sudah terjadi krisis. Meski demikian, hingga saat ini dia mampu menghidupi tiga orang anaknya.

B. Memanfaatkan Jasa Daring.

Saat pandemi, warga masyarakat dibatasi tempat berkumpulnya. Hal itu sebagai antisipasi penyebaran covid-19. Namun baginya, memanfaatkan perkembangan tekhnologi sebuah keharusan, mengingat informasi yang begitu cepat dan mudah didapat. 

Banyak sekali platform yang mudah diunduh melalui android maupun IOS untuk memenuhi segala kebutuhan kita. Mulai dari memesan, mengirim, bahkan hampir diseluruh layanan pemerintah juga sudah berbasis aplikasi. 

"Ibarat dunia dalam genggaman," katanya. 

Penggunaan tekhnologi kian memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Bahkan dalam kondisi pandemi sekalipun internet juga menjadi sebuah solusi ditengah keterbatasan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana bisnisnya masih menerapkan cara manual. 

C.Memanage Pengeluaran Tak Penting.

 Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari beberapa aspek kebutuhan. Baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Baginya, kebutuhan primer adalah hal yang paling utama. Namun untuk kebutuhan yang lain bisa dilakukan penundaan. Mengingat, kondisi ditengah ketidakpastian membuat orang harus berpikir ulang untuk memenuhi gaya hidup. 

"Sing penting iso mangan. Nek liyane engko wae lah (yang penting bisa makan. Kalau yang lain nanti dulu lah)," ungkapnya sembari tertawa lepas. 

Memanage pengeluaran didalam rumah tangga dinilai sangat penting demi keberlanjutan perekonomian dimasa mendatang. Sehingga wabah yang terjadi secara tiba-tiba tidak akan mengganggu stabilitas keuangan yang ada didalam keluarga. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun