Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pemilihan Lansung vs DRPD : Mana yang Lebih "Ekonomis"

4 Januari 2025   17:13 Diperbarui: 4 Januari 2025   17:13 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemilihan kepala daerah merupakan salah satu aspek penting dalam demokrasi di Indonesia. Dalam sistem politik yang ada, terdapat dua pendekatan utama untuk memilih kepala daerah: pemilihan langsung oleh masyarakat dan pemilihan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Perdebatan mengenai mana yang lebih ekonomis---baik dari segi biaya maupun dampak ekonominya---telah menjadi isu yang terus diperdebatkan. Pada kesempatan ini Kita mencoba membandingkan kedua sistem dari perspektif ekonomi, mempertimbangkan aspek biaya pemilihan, dampak terhadap kebijakan publik, dan potensi risiko ekonomi.

1. Biaya Langsung Pemilihan

Pemilihan Langsung

Pemilihan langsung melibatkan seluruh masyarakat dalam memilih kepala daerah. Proses ini membutuhkan biaya besar, meliputi:

  • Logistik: Distribusi surat suara, alat tulis, dan perangkat pemilu ke berbagai daerah, termasuk daerah terpencil.
  • Pengawasan: Pembentukan panitia pengawas hingga ke tingkat desa.
  • Kampanye: Para kandidat sering mengeluarkan dana besar untuk kampanye, meskipun ini bersumber dari dana pribadi atau partai.
  • Keamanan: Penyelenggaraan membutuhkan pengawasan keamanan ekstra, terutama di daerah yang rawan konflik.

Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU), pemilu langsung sering kali menjadi salah satu pengeluaran terbesar dalam APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Namun, biaya ini sering dibenarkan dengan alasan meningkatkan partisipasi masyarakat dan legitimasi pemimpin.

Pemilihan oleh DPRD

Pemilihan oleh DPRD secara signifikan menekan biaya logistik dan kampanye, karena hanya melibatkan anggota legislatif. Penghematan ini meliputi:

  • Tidak memerlukan infrastruktur pemilu besar-besaran: Proses berlangsung di ruang sidang DPRD.
  • Minim kebutuhan keamanan: Risiko konflik horizontal lebih kecil dibandingkan pemilihan langsung.
  • Tidak ada biaya kampanye publik: Kandidat hanya perlu meyakinkan sejumlah anggota DPRD.

Namun, penghematan ini bisa saja menjadi ilusi jika proses pemilihan oleh DPRD melibatkan politik uang atau korupsi yang memperbesar biaya tersembunyi.

2. Efisiensi Ekonomi dalam Pengambilan Keputusan

Pemilihan Langsung

Kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat cenderung memiliki mandat yang lebih kuat untuk membuat kebijakan ekonomi yang pro-rakyat. Hal ini memungkinkan:

  • Kebijakan yang lebih inklusif: Kepala daerah berupaya memenuhi harapan masyarakat luas, yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
  • Akuntabilitas tinggi: Dengan bertanggung jawab langsung kepada masyarakat, kepala daerah memiliki insentif untuk bekerja secara transparan.

Namun, pemilihan langsung juga dapat mengarah pada populisme. Kebijakan jangka pendek yang populer tetapi tidak berkelanjutan sering kali diambil untuk memenangkan hati masyarakat, yang pada akhirnya bisa merugikan stabilitas ekonomi jangka panjang.

Pemilihan oleh DPRD

Pemimpin yang dipilih oleh DPRD sering kali memiliki hubungan dekat dengan legislatif, yang berpotensi menciptakan hubungan kerja yang harmonis. Ini memungkinkan:

  • Keputusan ekonomi lebih cepat: Tidak ada hambatan politik besar antara eksekutif dan legislatif.
  • Efisiensi kebijakan: Fokus pada tujuan strategis yang dapat menghasilkan manfaat ekonomi.

Namun, risiko intervensi politik dari anggota DPRD dapat memengaruhi independensi kepala daerah, yang pada akhirnya menghambat kebijakan ekonomi yang efektif.

3. Risiko Korupsi dan Dampaknya pada Ekonomi

Pemilihan Langsung

Meskipun proses pemilihan langsung diawasi secara ketat, praktik politik uang tetap menjadi tantangan besar. Kandidat dapat mengeluarkan dana besar untuk "membeli suara," yang berdampak pada:

  • Utang politik: Kepala daerah terpilih cenderung mengembalikan "investasi" kampanye dengan cara yang tidak transparan, seperti memberikan kontrak proyek kepada penyokong dana.
  • Ketidakefisienan anggaran: Fokus lebih besar pada program-program populis yang tidak berkelanjutan.

Pemilihan oleh DPRD

Pemilihan oleh DPRD rentan terhadap politik uang dalam skala lebih kecil, tetapi dampaknya bisa lebih besar karena melibatkan elite politik. Akibatnya:

  • Kolusi dan nepotisme: Proyek ekonomi cenderung diarahkan kepada kelompok tertentu, sehingga mengurangi efisiensi alokasi anggaran.
  • Kesenjangan ekonomi: Kebijakan sering kali hanya menguntungkan segelintir pihak, tidak seluruh masyarakat.

4. Dampak Jangka Panjang pada Ekonomi Daerah

Pemilihan Langsung

Dalam jangka panjang, pemilihan langsung memiliki potensi besar untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses politik dan ekonomi. Hal ini menciptakan:

  • Kepercayaan publik yang tinggi: Legitimasi pemerintah mendukung stabilitas sosial dan ekonomi.
  • Inovasi kebijakan: Tekanan dari masyarakat dapat mendorong kepala daerah untuk berinovasi dalam memperbaiki ekonomi.

Namun, jika masyarakat tidak teredukasi dengan baik, pemilihan langsung dapat menghasilkan pemimpin yang tidak kompeten, yang berdampak buruk pada ekonomi.

Pemilihan oleh DPRD

Pemilihan oleh DPRD dapat menghasilkan stabilitas politik dan ekonomi yang lebih cepat, terutama di daerah dengan tingkat konflik sosial yang tinggi. Namun, stabilitas ini sering kali bersifat semu jika transparansi dan akuntabilitas tidak terjaga.

Mana yang Lebih Ekonomis?

Pemilihan kepala daerah oleh DPRD secara langsung memang lebih ekonomis dalam hal biaya operasional. Namun, jika dilihat dari dampak ekonomi jangka panjang, pemilihan langsung memiliki potensi lebih besar untuk menciptakan kebijakan yang inklusif dan mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan ekonomi.

Kedua sistem memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keputusan mengenai sistem mana yang lebih baik harus mempertimbangkan konteks lokal, termasuk tingkat pendidikan masyarakat, potensi korupsi, dan kebutuhan akan stabilitas politik. Dengan reformasi yang tepat, baik pemilihan langsung maupun oleh DPRD dapat dikelola untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah secara berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun