Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Swasembada Industri Pertahanan (64), Peluang dan Tantangan

14 November 2024   06:42 Diperbarui: 14 November 2024   06:44 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Industri pertahanan kedirgantaraan merupakan sektor strategis yang berperan penting dalam menjaga kedaulatan dan keamanan negara. Tidak hanya berfungsi sebagai tulang punggung pertahanan nasional, industri ini juga memiliki potensi besar dalam meningkatkan daya saing ekonomi. 

Mengembangkan sektor ini di Indonesia membuka berbagai peluang besar, terutama terkait transfer teknologi, peningkatan kapabilitas sumber daya manusia, dan penguatan kolaborasi internasional. Namun, di balik peluang ini, terdapat tantangan yang kompleks dan menuntut penanganan yang menyeluruh.

1. Peluang dalam Pengembangan Teknologi dan Inovasi

Salah satu peluang terbesar dalam industri pertahanan kedirgantaraan adalah potensi untuk menguasai teknologi tinggi dan menciptakan inovasi baru. Dengan meningkatnya persaingan global dalam pengembangan teknologi pertahanan, Indonesia memiliki kesempatan untuk mengadaptasi dan mengembangkan teknologi canggih, baik melalui program penelitian domestik maupun kerja sama dengan negara lain. 

Misalnya, program jet tempur KF-21/IF-X yang merupakan hasil kolaborasi antara Korea Selatan dan Indonesia memberikan kesempatan bagi para insinyur lokal untuk belajar dan berkontribusi dalam teknologi mutakhir di bidang kedirgantaraan.

Selain itu, investasi dalam industri ini juga dapat membuka jalan bagi penciptaan lapangan kerja berkualitas tinggi, yang berpotensi mendorong pengembangan tenaga kerja terampil. Dengan menyediakan program pendidikan dan pelatihan yang tepat, Indonesia bisa menghasilkan para ahli di bidang teknologi kedirgantaraan yang mampu bersaing di tingkat internasional. 

Misalnya, jika dibandingkan dengan Turki, yang beberapa dekade lalu masih bergantung pada impor alutsista, kini negara tersebut mampu memproduksi drone tempur canggih seperti Bayraktar TB2 yang telah menarik perhatian dunia.

2. Penguatan Ekonomi Melalui Pasar Domestik dan Internasional

Selain meningkatkan keamanan, sektor pertahanan kedirgantaraan dapat menjadi salah satu pendorong ekonomi. Dengan adanya permintaan yang stabil dari dalam negeri untuk kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista), industri ini dapat menciptakan basis pasar yang kuat. 

Dalam jangka panjang, industri pertahanan kedirgantaraan juga berpotensi untuk menembus pasar internasional, seperti negara-negara di Asia Tenggara yang memiliki kebutuhan pertahanan yang serupa dengan Indonesia. 

Ekspor produk pertahanan Indonesia, seperti pesawat CN-235 yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia, menunjukkan bahwa peluang untuk bersaing di pasar internasional bukanlah hal yang mustahil.

Namun, mencapai tahap ini tidaklah mudah. Masih ada banyak regulasi ketat di tingkat internasional terkait ekspor produk-produk pertahanan. Oleh karena itu, strategi diplomasi ekonomi yang mendukung akses pasar harus menjadi bagian dari kebijakan pengembangan industri ini.

3. Tantangan Pendanaan dan Infrastruktur

Pengembangan industri pertahanan kedirgantaraan membutuhkan biaya investasi yang sangat besar. Mulai dari pembangunan infrastruktur produksi hingga pembiayaan riset dan pengembangan (R&D), semuanya memerlukan dukungan finansial yang konsisten dan berkelanjutan. Namun, anggaran pertahanan yang terbatas sering kali menjadi penghalang utama. 

Mengandalkan dana pemerintah saja tidak cukup untuk membiayai semua proyek, sehingga dibutuhkan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan investor asing untuk memperkuat pendanaan sektor ini.

Sebagai perbandingan, India telah mengatasi masalah serupa dengan menciptakan skema "Make in India," yang mendorong investasi asing dalam industri pertahanannya. Skema ini membuka peluang bagi perusahaan swasta untuk terlibat langsung dalam produksi peralatan militer dan kedirgantaraan, sekaligus meningkatkan kapasitas industri lokal.

 Indonesia bisa belajar dari pendekatan ini dengan menciptakan iklim investasi yang ramah bagi perusahaan domestik dan asing untuk berinvestasi di sektor pertahanan.

4. Keterbatasan Teknologi dan Sumber Daya Manusia

Meskipun peluang besar terbuka melalui kolaborasi dan transfer teknologi, keterbatasan sumber daya manusia dan teknologi tetap menjadi tantangan yang signifikan. Saat ini, Indonesia masih menghadapi keterbatasan dalam penguasaan teknologi inti yang diperlukan untuk memproduksi alutsista canggih. 

Di sisi lain, industri ini membutuhkan tenaga kerja yang sangat terampil, mulai dari insinyur hingga ahli teknologi informasi yang paham akan spesifikasi dan standar militer.

Untuk mengatasi tantangan ini, pengembangan pendidikan dan pelatihan di bidang kedirgantaraan menjadi krusial. Institusi pendidikan dan industri perlu membangun kemitraan yang kuat guna menghasilkan tenaga kerja yang memiliki kompetensi di bidang pertahanan. 

Misalnya, Prancis bekerja sama dengan universitas-universitas lokal dan membangun program magang di perusahaan besar seperti Airbus. Pendekatan serupa bisa diterapkan di Indonesia untuk mempercepat proses pengembangan keahlian.

5. Isu Regulasi dan Transparansi

Isu regulasi yang kompleks dan sering kali kaku juga menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan industri pertahanan kedirgantaraan. Proses perizinan yang berbelit-belit, birokrasi yang tidak efisien, serta kurangnya transparansi dalam pengadaan alutsista menjadi kendala utama bagi pelaku industri. 

Kondisi ini dapat menghambat inovasi dan memperlambat proyek-proyek strategis. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperbaiki regulasi yang ada dengan menyederhanakan proses perizinan serta meningkatkan transparansi dalam pengadaan dan produksi.

6. Keamanan Siber dalam Era Digitalisasi

Dalam era digitalisasi, industri kedirgantaraan juga menghadapi ancaman baru berupa serangan siber. Ancaman ini semakin meningkat seiring dengan penggunaan teknologi digital dalam sistem persenjataan dan komunikasi. 

Sistem pertahanan modern yang berbasis digital sangat rentan terhadap serangan siber yang dapat melumpuhkan atau bahkan mengambil alih kendali dari jarak jauh. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk mengembangkan kemampuan keamanan siber yang handal untuk melindungi aset strategisnya.

Sebagai contoh, Israel telah mengembangkan sistem keamanan siber yang sangat canggih dalam melindungi industri pertahanannya. Dengan meniru langkah serupa, Indonesia bisa memperkuat pertahanannya dari serangan siber dan melindungi integritas sistem persenjataannya.

Mengembangkan industri pertahanan kedirgantaraan di Indonesia menawarkan peluang yang besar, namun di sisi lain menghadirkan tantangan yang tidak kalah kompleks. Dalam upaya membangun industri ini, Indonesia harus mampu memanfaatkan peluang untuk berkolaborasi secara global, meningkatkan sumber daya manusia, dan memperkuat kapabilitas teknologi. 

Di saat yang sama, pemerintah perlu mengatasi tantangan internal seperti keterbatasan dana, regulasi yang rumit, serta risiko serangan siber yang semakin meningkat.

Dengan pendekatan yang tepat dan komitmen dari berbagai pemangku kepentingan, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu kekuatan kedirgantaraan di kawasan Asia Tenggara. Transformasi industri ini tidak hanya akan memperkuat pertahanan negara, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun