Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Diamond Wedding Opa Tjiptadinata Effendi dan Oma Roselina Tjiptadinata : Cahaya di Usia Indah

10 Oktober 2024   19:52 Diperbarui: 12 Oktober 2024   07:21 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagas: "Opa, Oma, apa arti cahaya di usia senja? Apakah cinta tetap bersinar di saat segalanya mulai memudar?"

Opa Tjiptadinata (memandang Bagas dengan mata penuh kebijaksanaan): "Cahaya di usia senja, Bagas, bukan tentang terang benderang seperti di masa muda. Ia adalah cahaya yang tenang, seperti lilin di tengah malam. Ia tak lagi menyala dengan api besar, tetapi cukup untuk menerangi langkah-langkah kita."

Oma Roselina (menyeka air mata haru): "Cinta kami, Bagas, adalah cinta yang telah melalui banyak musim. Dan sekarang, di usia senja, cinta itu adalah cahaya yang menuntun kami pulang. Ia mungkin tidak seterang dulu, tetapi ia tak pernah padam."

Adegan 4: Warisan Cinta

(Lampu mulai meredup, hanya menyisakan cahaya lembut yang menerangi wajah Opa dan Oma. Sari dan Bagas berdiri di dekat mereka, menyaksikan keindahan cinta yang abadi.)

Narator: Dan di akhir perjalanan,
Cinta mereka adalah cahaya yang tak pernah padam,
Seperti mentari yang tenggelam di ufuk,
Namun kehangatannya tetap terasa,
Menyinari hati generasi berikutnya.

Sari (dengan suara penuh harapan): "Warisan cinta ini, Ayah, Ibu, akan terus kami jaga. Cahaya ini, akan kami bawa hingga waktu kami tiba."

Bagas (tersenyum tipis, menatap Opa dan Oma): "Kalian adalah cahaya kami. Dan aku berharap suatu hari nanti, aku bisa menemukan cinta yang seindah ini. Cinta yang bertahan, meski badai menerpa."

Oma Roselina (tersenyum, memegang tangan Opa): "Cinta itu, Bagas, ada di dalam hatimu. Temukanlah dengan kesabaran, seperti kami menemukan jalan kami."

Epilog: Cahaya yang Abadi

(Lampu perlahan padam, menyisakan satu cahaya lembut yang menyinari wajah Opa dan Oma. Narator melangkah maju, mengakhiri cerita dengan nada lembut dan penuh renungan.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun