Opa Tjiptadinata (tertawa kecil, memandang Bagas dengan lembut): "Ah, Bagas... Cinta tidak rapuh, hanya kita yang seringkali tidak sabar. Cinta butuh waktu, dan waktu kadang penuh cobaan. Ketika dua hati berjalan bersama, cinta itu tumbuh. Setiap tantangan, setiap ujian, adalah kesempatan untuk membuatnya lebih kuat."
Adegan 2: Bayang-Bayang Masa Lalu
(Narator melangkah maju, suaranya berubah menjadi lebih dalam, seolah membawa penonton ke masa lalu.)
Narator: Di setiap perjalanan, ada luka yang tersembunyi,
Ada tawa yang tersimpan dalam ingatan.
Namun cinta, ia seperti pohon tua,
Akar-akar yang menjalar dalam, menembus tanah hati.
(Lampu sedikit meredup, dan seolah bayangan dari masa lalu muncul di panggung. Opa dan Oma muda berdiri di tengah panggung, berhadapan satu sama lain. Bayangan mereka yang lebih muda berbicara tentang cinta dengan semangat yang masih menyala.)
Opa Muda (menggenggam tangan Oma Muda): "Kita akan melalui ini bersama, apa pun yang terjadi. Dunia mungkin berubah, tapi aku percaya kita akan bertahan."
Oma Muda (tersenyum lembut, suaranya penuh keyakinan): "Aku tahu. Setiap langkah kita, setiap luka yang kita terima, hanya akan membuat kita lebih kuat. Aku bersamamu, selalu."
(Bayangan Opa dan Oma muda menghilang seiring dengan lampu yang perlahan menyala kembali. Kembali ke masa kini, Opa dan Oma duduk dengan tenang di tempat mereka, senyuman tipis di bibir.)
Sari (menghela napas, suara lirih): "Aku bisa merasakan cinta yang pernah kau bagi, Ayah, Ibu. Cinta itu terasa dalam setiap sudut rumah ini, dalam setiap napas yang kalian ambil bersama."
Adegan 3: Cahaya yang Tak Pernah Padam
(Cahaya lembut menyelimuti panggung, memperlihatkan keintiman antara Opa dan Oma. Bagas berdiri, mendekati Opa dengan rasa penasaran yang masih tersisa.)