Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Randang Bukan Rendang

6 Oktober 2024   21:06 Diperbarui: 6 Oktober 2024   21:10 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki kekayaan kuliner yang begitu luas, dengan salah satu hidangan paling ikonik yang menembus batas negara adalah rendang. Hidangan ini telah diakui sebagai salah satu makanan terenak di dunia oleh berbagai media internasional, termasuk CNN. 

Namun, di balik popularitas dan rasa yang menggugah selera, muncul perdebatan kecil tetapi menarik mengenai sebutan yang tepat: apakah "rendang" atau "randang"? Sebuah pertanyaan sederhana, tetapi menyimpan makna yang lebih dalam dari sekadar kata.

Di balik perbedaan ini, ada konteks budaya, sejarah, dan ekonomi yang perlu dipahami. Rendang, atau randang, bukan hanya sekadar makanan. Ini adalah simbol identitas budaya, ekonomi lokal, dan bahkan aset diplomasi kuliner yang patut dijaga. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai mengapa perbedaan kecil ini penting, dan apa implikasinya.

Apa Itu Rendang dan Randang?

Untuk memulai, mari kita lihat perbedaan mendasar antara kedua istilah tersebut. "Randang" adalah istilah asli yang digunakan oleh masyarakat Minangkabau di Sumatra Barat untuk merujuk pada makanan kebanggaan mereka, yang diolah dengan berbagai rempah-rempah dan dimasak dalam waktu lama hingga menghasilkan rasa yang kaya dan kompleks. "Rendang" adalah adaptasi dari "randang" yang lebih populer di tingkat nasional dan internasional.

Secara linguistik, "randang" adalah penyebutan yang tepat dalam bahasa Minangkabau. Sementara itu, "rendang" menjadi lebih lazim digunakan di luar Sumatra Barat karena alasan fonetik dan penyederhanaan dalam komunikasi. Namun, apakah hanya sekadar perbedaan bahasa? Tentu tidak. Perbedaan ini menyentuh berbagai dimensi---budaya, ekonomi, dan bahkan aspek promosi global.

Randang sebagai Identitas Budaya

Bagi masyarakat Minangkabau, randang bukan sekadar makanan. Randang adalah warisan budaya yang sarat makna, terutama dalam konteks adat dan tradisi. Proses pembuatan randang yang panjang dan memerlukan ketelitian dianggap mencerminkan nilai-nilai sabar, kehati-hatian, dan kebersamaan yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Minangkabau. Dalam setiap perayaan adat, randang hampir selalu hadir sebagai simbol kebersamaan dan kemakmuran.

Ketika istilah "rendang" digunakan di luar Minangkabau, meskipun substansi makanannya tetap sama, sering kali ada kehilangan makna kultural yang lebih dalam. Masyarakat Minangkabau memandang randang sebagai bagian dari identitas mereka, dan dengan mengubah sebutannya menjadi rendang, ada kekhawatiran bahwa identitas ini akan memudar seiring dengan komersialisasi kuliner ini di kancah internasional.

Dalam perspektif ini, randang bukan hanya soal rasa, tetapi juga representasi budaya yang harus dijaga dan dihargai. Ini menjelaskan mengapa bagi sebagian orang Minangkabau, mempertahankan penyebutan "randang" menjadi penting, meski istilah "rendang" telah lebih dikenal luas.

Rendang sebagai Komoditas Global

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun