Dalam beberapa tahun terakhir, konsep city branding telah menjadi salah satu strategi kunci yang digunakan oleh banyak kota di seluruh dunia untuk meningkatkan citra mereka di kancah global. City branding tidak hanya membantu memperkenalkan potensi ekonomi, budaya, dan wisata, tetapi juga menjadi alat yang efektif dalam menarik investasi dan wisatawan. Salah satu kota di Indonesia yang tengah merancang strategi city branding ambisius adalah Payakumbuh, yang ingin dikenal sebagai "City of Randang" dan pusat kuliner dunia.
Mengapa Payakumbuh?
Payakumbuh, sebuah kota yang terletak di Provinsi Sumatra Barat, memiliki sejarah panjang dan tradisi kuliner yang kaya, terutama dengan hidangan rendang, yang telah dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia oleh CNN. Rendang bukan hanya makanan bagi masyarakat Minangkabau, tetapi juga lambang identitas budaya dan warisan kuliner yang kaya. Keberhasilan rendang menembus kancah internasional membuka peluang bagi Payakumbuh untuk memposisikan diri sebagai destinasi utama bagi pecinta kuliner.
Namun, menjadi pusat kuliner dunia bukan hanya soal mengandalkan warisan kuliner yang ada. Ada tantangan besar yang harus dihadapi dalam proses tersebut. Salah satunya adalah bagaimana kota ini merancang strategi branding yang efektif untuk menonjolkan keunikan rendang, sekaligus meningkatkan daya tarik wisata kuliner yang lebih luas.
Strategi City Branding yang Efektif
Dalam konteks Payakumbuh, city branding harus mencakup berbagai aspek yang saling mendukung, termasuk penguatan identitas lokal, pembangunan infrastruktur, promosi internasional, hingga keterlibatan masyarakat lokal dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang berkelanjutan.
1. Penguatan Identitas Kota
Langkah awal yang perlu diambil Payakumbuh adalah merumuskan identitas kota yang jelas dan khas. Sebagai kota yang ingin dikenal dengan rendangnya, identitas ini harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan masyarakat, dari arsitektur kota hingga program-program budaya yang ada. Rendang tidak hanya dijadikan sebagai daya tarik wisata, tetapi juga sebagai simbol kekuatan budaya lokal.
Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan pelaku UMKM, restoran, hingga para pegiat kuliner untuk menciptakan "payung" identitas yang mengintegrasikan rendang ke dalam pengalaman sehari-hari masyarakat. Misalnya, dapat dibuat festival tahunan "Festival Randang Payakumbuh" yang mempertemukan para koki dan pecinta kuliner dari seluruh dunia untuk berkompetisi dan berbagi keahlian dalam memasak rendang.
2. Pengembangan Infrastruktur Pariwisata
Agar branding ini berhasil, Payakumbuh juga perlu memperhatikan aspek infrastruktur. Wisatawan yang datang tidak hanya ingin mencicipi rendang, tetapi juga merasakan pengalaman yang komprehensif dan berkualitas. Ini berarti pembangunan fasilitas pendukung seperti hotel, transportasi, dan pusat informasi wisata sangat diperlukan. Payakumbuh perlu berinvestasi dalam meningkatkan kualitas jalan, transportasi publik, dan juga infrastruktur digital, seperti jaringan internet, untuk memudahkan wisatawan dalam mengakses informasi dan melakukan reservasi.