Kapasitas Fiskal dan Ketahanan Ekonomi
Faktor penting lainnya adalah kapasitas fiskal atau kemampuan anggaran pemerintah dalam menanggapi krisis. Negara-negara maju seperti Jerman, Kanada, dan Australia mampu meluncurkan paket stimulus ekonomi besar-besaran untuk mendukung bisnis dan masyarakat yang terdampak. Jerman, misalnya, mengalokasikan lebih dari 750 miliar untuk subsidi, bantuan langsung, dan dukungan finansial bagi perusahaan, memungkinkan mereka untuk bertahan di tengah kemerosotan ekonomi (IMF, 2021).
Di sisi lain, negara-negara berkembang seperti Indonesia memiliki keterbatasan dalam hal kapasitas fiskal. Pemerintah Indonesia memang mengeluarkan berbagai kebijakan stimulus ekonomi, seperti Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang mencakup bantuan sosial, subsidi, dan dukungan bagi UMKM. Namun, besarnya defisit anggaran dan ketergantungan pada hutang luar negeri membatasi ruang gerak pemerintah dalam menyediakan dukungan finansial yang lebih luas. Ini menjadi salah satu faktor yang memperlambat pemulihan ekonomi Indonesia dibandingkan negara-negara maju (Kementerian Keuangan, 2021).
Struktur Ekonomi dan Ketergantungan pada Sektor Tertentu
Perbedaan respons terhadap pandemi juga sangat dipengaruhi oleh struktur ekonomi setiap negara. Negara-negara yang sangat bergantung pada sektor-sektor tertentu, seperti pariwisata atau energi, mengalami dampak yang lebih signifikan. Contohnya, negara-negara seperti Indonesia, Thailand, dan Filipina yang perekonomiannya banyak ditopang oleh sektor pariwisata mengalami penurunan ekonomi yang tajam ketika pandemi membatasi mobilitas internasional dan menutup perbatasan.
Indonesia, misalnya, mengalami kontraksi di sektor pariwisata hingga lebih dari 80% pada tahun 2020, memengaruhi jutaan pekerja di sektor informal. Kondisi ini berdampak langsung pada pendapatan masyarakat dan daya beli, yang pada gilirannya memperlambat pemulihan ekonomi nasional. Negara-negara seperti Indonesia yang memiliki ketergantungan pada sektor-sektor tertentu harus lebih berupaya untuk melakukan diversifikasi ekonomi agar lebih tahan terhadap guncangan eksternal (Bank Indonesia, 2021).
Faktor Sosial dan Politik: Kepatuhan Masyarakat dan Stabilitas Pemerintah
Faktor sosial dan politik juga memainkan peran penting dalam menentukan respons negara terhadap pandemi. Di negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Jepang, budaya kolektivisme dan disiplin masyarakat terhadap protokol kesehatan menjadi salah satu alasan mengapa mereka mampu mengendalikan penyebaran virus lebih cepat. Di Korea Selatan, pemerintah berhasil menerapkan sistem pelacakan kontak dan pengujian massal secara efisien berkat dukungan masyarakat yang patuh terhadap arahan pemerintah (OECD, 2020).
Di sisi lain, beberapa negara Barat yang lebih mengedepankan kebebasan individu menghadapi tantangan dalam menerapkan kebijakan pembatasan sosial. Di Amerika Serikat, misalnya, banyak warga yang menolak penggunaan masker dan pembatasan kegiatan ekonomi karena dianggap melanggar kebebasan pribadi. Hal ini memperlambat upaya pengendalian pandemi dan memperpanjang durasi krisis ekonomi di negara tersebut (CNN, 2020).
Dalam konteks Indonesia, stabilitas politik dan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah juga menjadi faktor yang memengaruhi respons terhadap pandemi. Meskipun ada upaya untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan kemudian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), kepatuhan masyarakat masih bervariasi di berbagai daerah. Di beberapa wilayah, kebijakan ini tidak diikuti dengan ketat karena berbagai alasan, termasuk faktor ekonomi dan kebutuhan untuk tetap bekerja, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor informal.
Sistem Kesehatan dan Kapasitas Layanan Publik