Di negara maju, pemerintah memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi digital. Kebijakan yang mendukung inovasi, regulasi yang adaptif, serta insentif untuk perusahaan teknologi adalah beberapa langkah yang diambil oleh negara maju untuk mempercepat transisi ke ekonomi digital. Uni Eropa, misalnya, telah merumuskan kebijakan digital yang mendukung inovasi melalui program seperti Digital Single Market, yang bertujuan untuk menghilangkan hambatan dalam perdagangan digital dan memperkuat infrastruktur teknologi di seluruh wilayahnya (European Commission, 2015).
Di sisi lain, banyak negara berkembang belum sepenuhnya mengembangkan kebijakan yang progresif untuk mendukung ekonomi digital. Tantangan regulasi, birokrasi yang lambat, serta ketidakpastian hukum sering kali menjadi hambatan bagi pengembangan ekonomi digital di negara berkembang. Di Indonesia, meskipun pemerintah telah meluncurkan inisiatif Making Indonesia 4.0 untuk mendorong adopsi teknologi digital, masih ada banyak tantangan dalam hal implementasi dan dukungan regulasi yang efektif.
Menurut teori intervensi negara dalam ekonomi, pemerintah memiliki peran penting dalam menciptakan kerangka kebijakan yang mendukung inovasi dan pertumbuhan ekonomi (Keynes, 1936). Negara-negara maju yang memiliki kebijakan digital yang lebih matang cenderung lebih mampu mendorong pertumbuhan sektor teknologi dan memfasilitasi transisi yang cepat ke ekonomi digital. Sementara itu, negara berkembang perlu memperbaiki kebijakan dan regulasi untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi digital.
4. Ekosistem Inovasi yang Lebih Dinamis
Negara maju cenderung memiliki ekosistem inovasi yang lebih dinamis, yang mencakup kolaborasi antara perusahaan teknologi, universitas, dan pemerintah. Lembaga riset dan pengembangan di negara maju sering kali bekerja sama dengan sektor swasta untuk menciptakan teknologi baru yang mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Misalnya, di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Google, Apple, dan Microsoft telah berkembang dalam ekosistem inovasi yang didukung oleh investasi besar dalam riset dan pengembangan (R&D).
Negara berkembang, di sisi lain, sering kali memiliki ekosistem inovasi yang masih terbatas. Kurangnya dana untuk riset dan pengembangan, minimnya kolaborasi antara sektor swasta dan lembaga akademik, serta kurangnya dukungan dari pemerintah adalah beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan inovasi di negara berkembang. Di Indonesia, meskipun terdapat beberapa inisiatif untuk mendorong inovasi, seperti startup teknologi, ekosistem inovasi masih jauh dari kata matang.
Teori inovasi teknologi menekankan bahwa lingkungan yang mendukung inovasi, termasuk investasi dalam riset dan pengembangan, adalah kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi (Schumpeter, 1934). Negara maju yang memiliki ekosistem inovasi yang lebih dinamis dan terstruktur berada pada posisi yang lebih baik untuk memanfaatkan potensi ekonomi digital dan menciptakan produk serta layanan yang bersifat disruptif.
5. Akses Modal dan Keuangan yang Lebih Baik
Negara maju memiliki akses yang lebih baik terhadap modal dan pendanaan untuk mendukung pengembangan teknologi dan inovasi digital. Lembaga keuangan di negara maju sering kali lebih siap untuk memberikan pendanaan bagi perusahaan teknologi dan startup yang berpotensi menghasilkan inovasi disruptif. Keberadaan pasar modal yang berkembang dan akses terhadap investasi ventura juga mendukung pertumbuhan sektor teknologi digital di negara-negara maju (Gompers & Lerner, 2001).
Di negara berkembang, akses terhadap modal sering kali menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi digital. Banyak startup teknologi di negara berkembang, termasuk Indonesia, kesulitan mendapatkan pendanaan yang cukup untuk mengembangkan produk dan layanan mereka. Kurangnya akses modal ini memperlambat laju inovasi dan adopsi teknologi digital.
Teori akses modal menunjukkan bahwa ketersediaan modal merupakan salah satu faktor utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan inovasi (Modigliani & Miller, 1958). Negara-negara maju yang memiliki akses modal yang lebih baik cenderung lebih mampu mendanai inovasi teknologi dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital dengan lebih cepat. Sebaliknya, negara berkembang perlu bekerja keras untuk menciptakan akses yang lebih baik terhadap pendanaan, termasuk melalui pengembangan pasar modal yang lebih inklusif.