Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sistem Ekonomi Indonesia (116) : Dampak Konflik dan Perang.

7 September 2024   21:06 Diperbarui: 7 September 2024   21:09 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sistem keuangan sering kali menjadi sektor yang paling rentan terhadap dampak konflik. Dalam kasus Indonesia, bank-bank lokal dan lembaga keuangan sering kali menjadi korban pertama dari instabilitas yang disebabkan oleh perang atau konflik sosial-politik. Selama kerusuhan tahun 1998, misalnya, banyak bank yang gagal memenuhi kewajibannya karena penarikan besar-besaran oleh nasabah yang panik, menyebabkan krisis likuiditas. Joseph Schumpeter dalam teorinya tentang inovasi ekonomi mengajukan bahwa stabilitas keuangan merupakan komponen vital bagi keberlangsungan ekonomi (Schumpeter, 1942). Ketika sistem perbankan gagal, kepercayaan terhadap sistem ekonomi secara keseluruhan runtuh, menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi yang drastis.

Krisis Pangan dan Distribusi yang Terhenti

Selain keruntuhan sektor keuangan, sektor pertanian juga terkena dampak besar dalam konflik bersenjata. Perang sering kali mengganggu produksi pangan karena lahan-lahan pertanian menjadi medan perang, tenaga kerja berkurang, dan distribusi terhenti akibat kerusakan infrastruktur. Dalam kasus Indonesia, krisis pangan yang diakibatkan oleh konflik bersenjata sering kali menyebabkan kelaparan dan kekurangan gizi di daerah-daerah yang terkena dampak langsung, seperti di Papua dan Timor Leste sebelum merdeka. Teori sistem ekonomi sosialis menekankan bahwa negara harus memegang kendali dalam memastikan distribusi yang adil dan merata, terutama dalam situasi krisis (Marx, 1867). Namun, dalam kenyataannya, negara sering kali tidak mampu menangani krisis ini, yang pada akhirnya memperburuk keadaan ekonomi.

Penurunan Kualitas Hidup dan Kemiskinan yang Meningkat

Ketika perang atau konflik melanda suatu negara, kualitas hidup masyarakat cenderung menurun secara drastis. Akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya menjadi terbatas. Di Indonesia, konflik berkepanjangan di beberapa wilayah seperti Aceh dan Papua telah menyebabkan peningkatan tingkat kemiskinan dan pengangguran. Dalam situasi seperti ini, teori sistem ekonomi campuran yang menggabungkan peran pemerintah dan sektor swasta dapat memberikan solusi untuk memulihkan ekonomi (Samuelson & Nordhaus, 2009). Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa pemulihan setelah konflik memerlukan waktu yang sangat lama, dan banyak masyarakat yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan akibat kehilangan aset dan pekerjaan mereka selama perang.

Rekonstruksi Ekonomi Pasca Konflik

Meski perang dan konflik memiliki dampak yang merusak, pemulihan ekonomi tetap mungkin dilakukan dengan pendekatan yang tepat. Di Indonesia, setelah berakhirnya konflik di Aceh melalui Perjanjian Helsinki pada tahun 2005, pemerintah bekerja keras untuk membangun kembali infrastruktur yang hancur dan memulihkan iklim investasi. Berbagai program rekonstruksi diluncurkan untuk menciptakan lapangan kerja dan menggerakkan kembali perekonomian daerah yang terkena dampak perang. Teori ekonomi pembangunan menyarankan bahwa rekonstruksi harus difokuskan pada investasi jangka panjang dalam pendidikan dan infrastruktur untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan (Rostow, 1960).

Ancaman Konflik dan Keruntuhan Sistem Ekonomi Indonesia

Indonesia, dengan keragaman etnis dan geografisnya, memiliki potensi besar untuk menjadi korban konflik bersenjata di masa depan, terutama jika masalah-masalah sosial-politik tidak dikelola dengan baik. Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa perang dan konflik memiliki dampak yang sangat merusak terhadap sistem ekonomi, mulai dari kerusakan infrastruktur hingga ketidakstabilan finansial. Melalui analisis teori-teori ekonomi yang berbeda, kita dapat melihat bahwa perang bukan hanya menciptakan kehancuran fisik, tetapi juga melemahkan fondasi ekonomi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jangka panjang. Dengan belajar dari sejarah konflik di dalam negeri, Indonesia harus terus berupaya menjaga stabilitas politik dan sosial untuk menghindari risiko keruntuhan ekonomi yang disebabkan oleh perang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun