Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sistem Ekonomi Indonesia (116) : Dampak Konflik dan Perang.

7 September 2024   21:06 Diperbarui: 7 September 2024   21:09 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sistem perbankan dan lembaga keuangan merupakan jantung dari sistem ekonomi modern. Perang sering kali menyebabkan ketidakstabilan pada lembaga-lembaga ini, yang pada gilirannya mengakibatkan kekacauan dalam sektor perbankan. Dalam teori ekonomi campuran, baik sektor publik maupun swasta memiliki peran dalam menjaga stabilitas ekonomi (Samuelson & Nordhaus, 2009). Namun, selama konflik, lembaga-lembaga keuangan tidak dapat menjalankan fungsi mereka dengan baik. Banyak bank yang gulung tikar, mata uang negara mengalami devaluasi, dan kepercayaan terhadap sistem ekonomi anjlok.

Biaya Perang yang Melumpuhkan Anggaran Negara

Biaya untuk mendanai perang tidak hanya mahal, tetapi juga membebani anggaran negara dalam jangka panjang. Negara harus mengalihkan sebagian besar anggarannya untuk kebutuhan militer, mengabaikan sektor-sektor penting lainnya seperti kesehatan, pendidikan, dan pembangunan infrastruktur. Teori ekonomi klasik mengajukan bahwa pengeluaran pemerintah harus seimbang agar ekonomi dapat tumbuh secara berkelanjutan (Ricardo, 1817). Namun, dalam kondisi perang, negara sering kali harus mengambil utang besar untuk mendanai konflik. Beban utang ini menjadi semakin berat ketika ekonomi negara hancur akibat perang, dan pada akhirnya negara terjebak dalam lingkaran krisis utang yang tidak berujung.

Pergeseran Sistem Ekonomi dan Kehancuran Sosial

Perang juga sering kali menjadi titik balik bagi sistem ekonomi suatu negara. Ketika perang berakhir, sering kali terjadi pergeseran besar dalam struktur ekonomi. Negara yang sebelumnya menganut sistem ekonomi pasar bebas mungkin beralih ke sistem ekonomi yang lebih terpusat atau bahkan sistem ekonomi yang lebih otoriter. Sebaliknya, negara yang sebelumnya menganut sistem ekonomi terpusat mungkin dipaksa untuk membuka diri terhadap pasar bebas akibat tekanan internasional. Contoh nyata adalah Uni Soviet yang runtuh setelah Perang Dingin dan beralih ke ekonomi pasar bebas yang dipimpin oleh Rusia (Gaidar, 1996).

Dalam teori sistem ekonomi komparatif, tidak ada satu sistem ekonomi yang mampu bertahan dalam semua kondisi, terutama dalam kondisi perang (Schumpeter, 1942). Setiap sistem memiliki kelemahan yang dapat dieksploitasi oleh perang dan konflik. Di sinilah pentingnya fleksibilitas dan adaptasi dari suatu negara dalam mengelola sistem ekonominya selama dan setelah perang.

Dampak Sosial dan Manusia

Konflik juga meninggalkan dampak sosial yang mendalam. Pengangguran meningkat tajam, karena banyak pabrik dan perusahaan terpaksa ditutup akibat perang. Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi mendorong meningkatnya angka kejahatan dan ketidakstabilan sosial. Perang juga menghancurkan struktur sosial yang ada, dan menimbulkan trauma psikologis yang mendalam di kalangan masyarakat. Dampak ini semakin memperparah keruntuhan ekonomi, karena modal sosial yang dibutuhkan untuk membangun kembali ekonomi juga hilang.

Mengelola Dampak Ekonomi Perang

Perang dan konflik bersenjata membawa dampak yang menghancurkan bagi sistem ekonomi suatu negara. Dari kerusakan infrastruktur hingga krisis keuangan, dari kelangkaan pangan hingga meningkatnya kemiskinan, perang menciptakan lingkaran setan yang sulit dihentikan. Berbagai teori sistem ekonomi memberikan sudut pandang yang berbeda tentang bagaimana perang dapat menghancurkan perekonomian. Namun, semua teori tersebut sepakat bahwa perang adalah musuh utama stabilitas ekonomi.

Untuk mengatasi dampak perang, negara perlu mengembangkan strategi pemulihan ekonomi yang komprehensif. Pemerintah harus fokus pada pembangunan kembali infrastruktur, menciptakan stabilitas pasar, menarik kembali investor, serta mengelola utang dengan bijak. Selain itu, penting untuk memperkuat lembaga-lembaga ekonomi agar dapat bertahan menghadapi guncangan akibat perang. Dalam jangka panjang, solusi damai dan diplomasi tetap menjadi cara terbaik untuk mencegah keruntuhan ekonomi yang disebabkan oleh perang dan konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun