Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Quiet Quitting: Hadir tapi Tidak Terlibat

15 Juni 2024   10:37 Diperbarui: 15 Juni 2024   10:41 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Quiet quitting bukanlah fenomena baru, tetapi menjadi semakin relevan dalam konteks lingkungan kerja modern yang dinamis. Penyebab utama dari quiet quitting meliputi:

  1. Kelelahan dan Burnout: Tekanan kerja yang berlebihan tanpa keseimbangan yang memadai antara kehidupan kerja dan pribadi dapat menyebabkan kelelahan. Menurut laporan dari Gallup (2021), sekitar 76% pekerja mengalami kelelahan dalam pekerjaan mereka setidaknya kadang-kadang.
  2. Kurangnya Pengakuan dan Penghargaan: Karyawan yang merasa kontribusinya tidak dihargai cenderung kehilangan motivasi. "Penghargaan yang kurang terhadap usaha dan pencapaian karyawan sering kali mengarah pada disengagement," kata Dr. Emily Brown, ekonom dari Universitas Harvard.
  3. Kurangnya Kesempatan Pengembangan Karier: Ketidakjelasan dalam jalur karier dan kurangnya kesempatan untuk berkembang dapat membuat karyawan merasa stagnan dan akhirnya memilih untuk tidak terlibat secara penuh.

Dampak Ekonomi dari Quiet Quitting

Quiet quitting memiliki implikasi yang signifikan terhadap produktivitas dan ekonomi:

  1. Penurunan Produktivitas: Karyawan yang tidak terlibat penuh tidak akan memberikan performa terbaik mereka, yang dapat menyebabkan penurunan produktivitas secara keseluruhan. Data dari McKinsey (2022) menunjukkan bahwa disengaged employees memiliki produktivitas yang 30% lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang engaged.
  2. Biaya Turnover yang Tinggi: Meskipun karyawan tidak langsung meninggalkan perusahaan, disengagement yang berkepanjangan dapat mengarah pada turnover yang lebih tinggi. Ini berarti biaya tambahan untuk rekrutmen dan pelatihan karyawan baru.
  3. Dampak Negatif pada Morale dan Budaya Perusahaan: Quiet quitting dapat menciptakan lingkungan kerja yang negatif dan menurunkan morale di antara karyawan lain, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi budaya perusahaan secara keseluruhan.

Solusi untuk Mengatasi Quiet Quitting

Menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan memberdayakan karyawan adalah kunci untuk mengatasi fenomena quiet quitting:

  1. Implementasi Kebijakan Keseimbangan Kerja-Hidup: Menawarkan fleksibilitas dalam jam kerja dan opsi kerja jarak jauh dapat membantu karyawan mencapai keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan pribadi dan profesional mereka.
  2. Pengakuan dan Penghargaan yang Adil: Memberikan penghargaan yang adil dan pengakuan yang tulus terhadap kontribusi karyawan dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka. "Penghargaan yang tepat waktu dan relevan dapat meningkatkan engagement secara signifikan," jelas Dr. Sarah Kim, peneliti di bidang manajemen sumber daya manusia.
  3. Pengembangan Karier yang Jelas: Menyediakan jalur pengembangan karier yang jelas dan kesempatan untuk pelatihan dan peningkatan keterampilan dapat membuat karyawan merasa lebih termotivasi dan terlibat dalam pekerjaan mereka.

Matriks: Solusi untuk Mengatasi Quiet Quitting

No.

Solusi

Deskripsi

1

Kebijakan Keseimbangan Kerja-Hidup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun