Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Quiet Quitting: Hadir tapi Tidak Terlibat

15 Juni 2024   10:37 Diperbarui: 15 Juni 2024   10:41 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada era pasca Perang Dunia II, dinamika tenaga kerja mengalami perubahan signifikan. Dengan meningkatnya urbanisasi dan perkembangan industri, harapan pekerja terhadap pekerjaan dan karier mereka mulai berubah. Pada saat yang sama, munculnya serikat pekerja memberikan platform bagi karyawan untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka dan memperjuangkan hak-hak mereka.

Perkembangan pada Akhir Abad ke-20

Pada akhir abad ke-20, dengan perkembangan teknologi dan globalisasi, dinamika tempat kerja kembali berubah. Karyawan semakin memiliki akses ke informasi dan kesempatan yang lebih luas, baik secara lokal maupun global. Namun, ini juga membawa tantangan baru, seperti peningkatan tekanan kerja dan ekspektasi kinerja yang tinggi.

Menurut sebuah studi oleh Gallup pada tahun 1980-an, disengagement karyawan mulai menjadi isu yang lebih terlihat. Karyawan yang merasa tidak dihargai atau tidak melihat peluang untuk berkembang cenderung menunjukkan penurunan keterlibatan dan motivasi. Fenomena ini diperparah oleh resesi ekonomi dan restrukturisasi perusahaan yang sering terjadi pada dekade tersebut.

Era Digital dan Modern

Dengan masuknya era digital pada awal abad ke-21, quiet quitting mengalami perkembangan baru. Teknologi memungkinkan cara kerja yang lebih fleksibel, tetapi juga membawa tantangan seperti burnout dan kelelahan digital. Karyawan semakin diminta untuk selalu terhubung dan responsif, yang dapat menyebabkan stres dan ketidakpuasan.

Laporan dari McKinsey (2022) menunjukkan bahwa sekitar 40% karyawan di seluruh dunia merasa disengaged di tempat kerja. Ini diperparah oleh pandemi COVID-19, yang memaksa banyak perusahaan untuk beralih ke model kerja jarak jauh. Meskipun model ini memberikan fleksibilitas, kurangnya interaksi sosial dan batas yang jelas antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat meningkatkan risiko disengagement.

Faktor Penyebab Utama

  1. Kelelahan dan Burnout: Tekanan kerja yang berlebihan tanpa dukungan yang memadai dapat menyebabkan kelelahan. Menurut data dari World Health Organization (WHO), burnout telah diakui sebagai fenomena kerja yang signifikan, mempengaruhi produktivitas dan kesejahteraan karyawan.
  2. Kurangnya Pengakuan dan Penghargaan: Karyawan yang merasa tidak dihargai atau tidak melihat kontribusi mereka diakui cenderung kehilangan motivasi. Pengakuan yang kurang dapat mengarah pada disengagement jangka panjang.
  3. Kurangnya Kesempatan Pengembangan Karier: Karyawan yang merasa terjebak dalam peran tanpa peluang untuk berkembang atau naik jabatan cenderung mengalami penurunan keterlibatan.

Sejarah dan perkembangan quiet quitting menunjukkan bahwa fenomena ini merupakan respons alami terhadap dinamika kerja yang berubah dan sering kali menantang. Dari revolusi industri hingga era digital, karyawan selalu mencari cara untuk menyeimbangkan kebutuhan pribadi dan profesional mereka. Memahami sejarah ini penting bagi organisasi untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan menghargai karyawan, sehingga dapat mengurangi risiko disengagement dan meningkatkan produktivitas serta kepuasan kerja.

Di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, fenomena "quiet quitting" telah menjadi topik perbincangan yang hangat di kalangan praktisi sumber daya manusia dan ekonom. Quiet quitting merujuk pada situasi di mana karyawan secara fisik masih hadir dan memenuhi tanggung jawab minimum mereka, tetapi secara emosional dan mental telah memutuskan untuk tidak terlibat lebih jauh dalam pekerjaan mereka. 

Definisi dan Penyebab Quiet Quitting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun