Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Solusi Cerdas untuk Fake Productivity

15 Juni 2024   07:30 Diperbarui: 15 Juni 2024   07:35 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perubahan Paradigma dalam Era Digital

Dengan masuknya era digital pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, konsep produktivitas mengalami pergeseran signifikan. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memungkinkan pengukuran yang lebih presisi terhadap produktivitas individu dan organisasi. Namun, ini juga membawa tantangan baru dalam pengelolaan waktu dan kinerja yang dapat dimanfaatkan atau disalahgunakan.

Perkembangan Fake Productivity

Era Digital dan Teknologi

  1. Penggunaan Alat dan Teknologi Tidak Etis: Dalam lingkungan kerja yang semakin terhubung digital, banyak organisasi mulai mengadopsi sistem pengukuran kinerja berbasis software. Namun, beberapa individu atau kelompok dapat memanfaatkan teknologi ini untuk menciptakan kesan produktivitas yang palsu. Misalnya, menggunakan algoritma untuk menghasilkan data atau laporan yang menyesatkan.
  2. Pencatatan Waktu yang Tidak Akurat: Aplikasi pelacakan waktu elektronik menjadi umum dalam manajemen proyek dan produktivitas. Namun, penggunaan yang tidak etis dapat terjadi ketika waktu kerja yang sebenarnya tidak mencerminkan kegiatan yang dilakukan.

Budaya dan Lingkungan Kerja

  1. Tekanan untuk Mencapai Target: Budaya kerja yang berorientasi pada pencapaian target dapat mendorong individu atau tim untuk menunjukkan produktivitas yang tinggi, terlepas dari kualitas atau dampak nyata dari pekerjaan yang dilakukan.
  2. Ketidakseimbangan Antara Kuantitas dan Kualitas: Dalam upaya untuk memenuhi ekspektasi atau quota, beberapa individu mungkin cenderung mengutamakan kuantitas daripada kualitas pekerjaan.

Dampak Negatif

  1. Pengurangan Kualitas Kerja: Fake productivity dapat mengarah pada pengurangan kualitas hasil kerja atau layanan yang disediakan, karena fokus utama pada pencapaian target atau angka.
  2. Ketidakpuasan dan Stres: Individu yang terlibat dalam praktik fake productivity sering mengalami tingkat stres yang tinggi, karena mereka berusaha untuk mempertahankan penampilan atau kesan yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Tantangan dalam Manajemen dan Pengawasan

  1. Penggunaan Teknologi dengan Bijak: Organisasi perlu mengembangkan kebijakan yang jelas terkait dengan penggunaan alat dan teknologi untuk mengelola produktivitas, serta mengimplementasikan pengawasan yang tepat.
  2. Promosi Budaya Kerja yang Sehat: Mendorong budaya kerja yang berfokus pada nilai-nilai sejati produktivitas, seperti inovasi, kolaborasi, dan tanggung jawab sosial.

Perkembangan fake productivity mencerminkan adaptasi manusia terhadap perubahan teknologi dan tuntutan ekonomi. Meskipun teknologi memberikan kemungkinan untuk mengukur dan meningkatkan produktivitas, penggunaan yang tidak etis atau manipulatif dapat mengancam keberlanjutan kesehatan organisasi dan kepuasan individu. Penting bagi organisasi untuk mengembangkan kebijakan yang bijaksana dan mempromosikan budaya kerja yang sehat, yang mengutamakan nilai-nilai produktivitas yang sejati dan berkelanjutan.

Fenomena Objektif Fake Productivity Dewasa Ini

Dalam era di mana teknologi semakin mempengaruhi cara kerja, fake productivity telah menjadi fenomena yang signifikan dalam berbagai konteks kerja. Istilah ini merujuk pada praktik atau perilaku yang menghasilkan kesan produktivitas tanpa memberikan nilai tambah yang sebenarnya. Berikut adalah beberapa aspek objektif dari fenomena fake productivity dewasa ini:

1. Penggunaan Alat dan Teknologi Tidak Etis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun