Di luar sana entah berapa banyak orang korban body shaming yang tak mampu atau tak punya kesempatan berbagi bebannya. Ada yang terpaksa menyimpan dengan rapat persoalannya, ada yang mengambil jalan pintas mengakhiri hidup karena tak sanggup menahan beban hidup yang dirasa berat tersebut.
Menurut saya, film Ernest Prakasa ini memberi sebuah cara pandang berbeda bagaimana menyikapi isu body shaming dan bagaimana memberi pelajaran pada lingkungan yang tak ramah pada mereka yang menjadi korban body shaming.Â
Film ini menyadarkan bahwa bentuk tubuh itu adalah persoalan personal yang tak perlu jadi urusan nasional.
Bahkan dalam urusan karier tak ada korelasinya antara bentuk tubuh dengan laju karier seseorang. Jika memang punya kapabilitas siapapun dengan bentuk tubuh apapun bisa berada pada jenjang apapun.Â
Saya sepakat dengan film ini, mindset dari kebanyakan kita harus diubah menyikapi hal-hal demikian. Mereka yang dilabeli punya bentuk tubuh tak ideal pastinya menanggung beban yang tak mudah secara psikologis.Â
Mereka haruslah diberikan ruang yang sama, berikan rasa aman dan nyaman yang sama pada siapapun untuk berkembang. Kita harus mampu memberikan rasa nyaman sehingga sama-sama bisa mensyukuri pemberian Tuhan.
Bukankah Tuhan tak pernah melihat makhluknya dari ukuran? Yang paling penting hidup kita bermanfaat buat orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H