Mohon tunggu...
Syaifuddin Sayuti
Syaifuddin Sayuti Mohon Tunggu... Dosen - blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

email : udin.sayuti@gmail.com twitter : @syaifuddin1969 IG: @syaifuddin1969 dan @liburandihotel FB: https://www.facebook.com/?q=#/udinsayuti69 Personal blog : http://syaifuddin.com/

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Imperfect" dan Body Shaming di Antara Kita

4 Januari 2020   23:25 Diperbarui: 5 Januari 2020   16:14 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bentuk tubuh dan pelecehannya. (sumber: Shutterstock via kompas.com)

Film Imperfect yang merupakan karya layar lebar kelima sutradara sekaligus komedian Ernest Prakasa sedang memuncaki Box Office Film di tanah Air. Bareng film Habibie & Ainun 3 keduanya sudah ditonton lebih dari dua juta penonton.

Jumlah itu sepertinya masih bakal bertambah lagi mengingat promo film ini terus digenjot dengan menghadirkan para pelakonnya dalam kegiatan Cinema Visit di sejumlah daerah.

Sementara di media sosial juga digelar aktivitas tantangan membuat parodi adegan Imperfect yang mulai disambut para pecinta film ini.

Apa kisah film ini sudah banyak direview oleh para penulis maupun kritikus film. Secara garis besar film ini menceritakan kisah seorang gadis bernama Rara (diperankan oleh Jessica Mila) yang memiliki krisis percaya diri dengan bentuk tubuh yang dimilikinya. Perjuangannya mencari bentuk tubuh ideal melalui berbagai cara dan problematika yang menyertainya menjadikan film ini menarik. 

Di tangan Ernest sang sutradara, film ini tak cuma kaya dengan dialog segar dari sejumlah pelakon saja, namun Ernest mampu menyajikan ramuan menawan sebuah isu berat body shaming yang sebenarnya bukan isu mudah, menjadi begitu membumi.

Seperti diketahui, body shaming adalah sejenis bully-an atau perundungan terhadap mereka yang memiliki bentuk tubuh yang tak seperti orang kebanyakan. Entah itu berbentuk besar atau kecil. Persoalan ini sebenarnya sudah lama ada diantara kita.

Namun tak banyak yang menyadari bahwa candaan atau celaan terhadap bentuk tubuh seseorang punya efek psikologis yang luar biasa bagi orang yang mengalaminya.

Saya pernah mendengar kesaksian seorang mahasiswa yang merasa tertekan karena kerap dibully lantaran memiliki bentuk tubuh yang besar (bukan gendut tapi berukuran lebih besar dari kebanyakan pria seusianya). Ia merasakan itu semenjak usia SD hingga duduk di bangku kuliah.

Awalnya ia merasa hanya becandaan teman-temannya saja, namun seiring waktu ia merasa tertekan dengan bully-an teman-temannya. Dan ia menanggung hinaan tersebut nyaris sepanjang hidupnya.

Saat menceritakan kasusnya mahasiswa ini menceritakan dengan susah payah sambil menangis sesenggukan. Saya bisa merasakan bertapa berat beban yang dirasakannya.

Sang mahasiswa tadi masih cukup beruntung memiliki kesempatan mengutarakan persoalan yang mempengaruhinya secara psikologis kepada orang lain.

Di luar sana entah berapa banyak orang korban body shaming yang tak mampu atau tak punya kesempatan berbagi bebannya. Ada yang terpaksa menyimpan dengan rapat persoalannya, ada yang mengambil jalan pintas mengakhiri hidup karena tak sanggup menahan beban hidup yang dirasa berat tersebut.

Menurut saya, film Ernest Prakasa ini memberi sebuah cara pandang berbeda bagaimana menyikapi isu body shaming dan bagaimana memberi pelajaran pada lingkungan yang tak ramah pada mereka yang menjadi korban body shaming. 

Film ini menyadarkan bahwa bentuk tubuh itu adalah persoalan personal yang tak perlu jadi urusan nasional.

Bahkan dalam urusan karier tak ada korelasinya antara bentuk tubuh dengan laju karier seseorang. Jika memang punya kapabilitas siapapun dengan bentuk tubuh apapun bisa berada pada jenjang apapun. 

Saya sepakat dengan film ini, mindset dari kebanyakan kita harus diubah menyikapi hal-hal demikian. Mereka yang dilabeli punya bentuk tubuh tak ideal pastinya menanggung beban yang tak mudah secara psikologis. 

Mereka haruslah diberikan ruang yang sama, berikan rasa aman dan nyaman yang sama pada siapapun untuk berkembang. Kita harus mampu memberikan rasa nyaman sehingga sama-sama bisa mensyukuri pemberian Tuhan.

Bukankah Tuhan tak pernah melihat makhluknya dari ukuran? Yang paling penting hidup kita bermanfaat buat orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun