Mohon tunggu...
Syahtila Rajabi
Syahtila Rajabi Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia Biasa.

Tak Akan Ada Rasa Cukup Dalam Menulis. Terus Berusaha Membuat Tulisan Yang Bagus Dan Enak Dibaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Pendekar Abadi Xiao Liao (Bagian 3)

23 Juli 2023   08:00 Diperbarui: 4 November 2023   22:29 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Setelah tak jauh berjalan dari oasis tadi, aku menemukan sebuah kota . "Akhirnya ada tempat untuk singgah." Aku dan Menghuo memasuki sebuah kota di tengah gurun pasir ini, ketika masuk aku langsung disambut dengan riuh nya suasana pasar. "Ada pasar. Sebaiknya aku membeli beberapa makanan. Ayo Menghuo!" kota ini cukup ramai untuk sebuah kota di tengah gurun pasir.

"Kau mau beli apa Menghuo? Sebaiknya kau membeli beberapa pakaian baru, ayo kita cari penjual baju."

"Apa tidak apa-apa untuk ku?" Menghuo ragu.

"Kau bilang apa Menghuo, udara di malam hari sangatlah dingin, kau butuh pakaian baru. Ayo cepat." Aku merangkulnya untuk membuatnya berjalan.

Setelah cukup lama berkeliling pasar, akhirnya aku menemukan sebuah tenda penjual pakaian. Dan dilihat dari produk nya, barang barang disini cukup bagus jika melihat tempatnya yang seperti ini. "Aku ingin beli dua set pakaian untuk anak ini." Aku menyodorkan Menghuo pada si penjual.

"Siap tuan segera datang!" Ucap si Penjual sembari mengambil barangnya.

Menghuo masih saja terlihat menutup diri nya, sepertinya anak ini mengalami hal yang mengerikan selama ditahan bandit itu. "Ini Tuan barangnya, harga untuk dua set pakaian adalah 3 koin emas." Itu lumayan mahal bukan? Semoga saja aku masih memiliki beberapa uang. "Harganya lumayan ya, ini." Aku memberikan koin emas yang ada di tas ku.

"Err Tuan, aku rasa koin ini sudah tidak dipakai lagi saat ini." Eh? Kenapa tidak bisa dipakai? Koin emas itu pembayaran universal bukan? Apalagi aku hanya punya koin ini. "Maaf Tuan kenapa tidak bisa?" Aku berusaha mencari tahu. "Ya Tuan, ini adalah koin dari dinasti Qin, itu sudah lama sekali. Kaisar yang saat ini sudah mengganti koin terbaru." Jelas si penjual.

"Memangnya siapa Kaisar saat ini?"

"Kaisar Shunzi adalah orang yang memimpin daratan China saat ini." Ungkapnya

"Siapa itu? Aku tidak kenal. Jadi bagaimana perihal koin ini?" Aku masih berusaha menanyakan soal koin ku, karena hanya ini alat pembayaran yang aku punya. "Ah sepertinya aku tidak bisa menerima nya Tuan." Jelasnya. Dengan begitu aku mengembalikan dua set baju yang aku pesan dan berjalan menjauh dengan rasa frustasi.

"Ternyata kekaisaran sudah berganti orang ya. Seingat ku dulu Kaisar nya adalah Qin Shi Huang." Sepertinya itu sudah lama sekali semenjak daratan ini memiliki seorang Kaisar. Aku rasa aku sudah hidup terlalu lama di dunia ini. Aku bahkan ikut dalam peperangan yang tak terhitung jumlahnya.

Setelah dipikir-pikir, aku sudah cukup lelah dengan dunia ini. Tujuan ku saat ini hanyalah Tanah Para Dewa.

Sesudah berkeliling kota akhirnya kami menemukan sebuah penginapan dan aku memesan satu kamar. "Akhirnya bisa beristirahat dengan tenang." Aku segera terlelap setelah mendarat di kasur yang empuk. Dan sekarang ada saatnya beristirahat. Akhir aku bisa beristirahat dengan tenang setelah perjalanan yang begitu melelahkan. Aku rasa Menghuo membawa beberapa keberuntungan.

Menghuo pasti mengalami hal hal yang tidak mengenakkan selama bersama bandit-bandit itu. Terlihat dari tubuhnya yang penuh luka dan juga kurus kering. Tapi yang terpenting sekarang dia sudah bisa tenang karena sekarang ada aku. Tapi apakah aku harus membawa dalam perjalanan panjang ini? Aku belum memikirkan sejauh apa kedepannya.
.
.
.
"Huahh... Pagi dunia eh?!" Aku terbangun dan terkejut karena aku tidak mendapati Menghuo di kamar. "Kemana dia pergi? Eh masih malam?" Segera aku keluar untuk mencari Menghuo, "Kemana anak itu pergi? Tunggu, kenapa tidak ada orang sama sekali disini? Kemana nona penjaga penginapan nya?" Aku dibuat kebingungan saat ini, aku baru saja terbangun dari tidur lelap ku dan sekarang semua orang menghilang.

Aku segera keluar penginapan, "Kenapa gelap sekali dan kenapa kota ini menjadi sangat sepi? Berbeda dengan pagi tadi." Suasana malam di kota ini sangat sepi dan gelap. Aku tak tahu kemana semua orang pergi, terutama Menghuo, dia seharusnya tidak kemana-mana.

"Menghuo! Menghuo kau dimana?! Jawablah?!" Suasana kota begitu sepi, aku hanya bisa mendengar suara ku sendiri.

"Sial, tak bisakah aku mendapatkan hari yang tenang." Aku segera berlari mencari Menghuo yang hilang entah kemana. Aku menelusuri setiap celah bangunan, hingga sampailah aku di pasar pagi tadi. "Disini juga sepi." Aku menyusuri pasar yang sangat berbeda dari pagi tadi. Pasar menjadi sangat sepi.

"Kemana si Menghuo itu menghilang ya? Tunggu, ada orang!" Akhirnya aku menemukan secercah harapan. "Permisi Tuan aku ingin bertanya." Aku dengan sopan bertanya, "Apakah kau melihat anak setinggi ini? Berambut hitam." Aku mencoba mendeskripsikan nya dengan baik. Orang itu menggeleng, aku rasa orang ini tidak memiliki sopan santun. Karena dia membelakangi lawan bicaranya.

"Hei. Jika ada yang mengajak kau bicara sebaiknya kau menatap wajahnya!" Aku memegang bahu nya dan memutar badannya agar aku bisa melihat wajah nya. "Waaahhh!" Sial aku terkejut dengan penampakan nya, "Vampir!! Sialan! Heh!" Dengan spontan aku memukul wajahnya hingga dia terjatuh ke tanah. "Berani kau mengangetkan ku! Sini kau bangun! Ku hajar lagi kau! Eugh eugh eugh!" Tak akan aku ampuni.

"Aduh aduh sudah Tuan ampuni aku..."

"Eh? Bisa bicara?" Memangnya vampir bisa bicara? Aku pikir taringnya akan menyulitkan nya untuk berbicara.

"Ampuni aku Tuan aku tidak bermaksud mengagetkan mu, sungguh."

"Masih berani kau bicara seperti itu! Sini akan ku buat kau tidak bisa menghisap darah lagi."

"Ampun Tuan ampun aaaagh!"

Aku memukuli vampir itu sampai aku puas. Dan setelah mendapatkan ketenangan, aku berusaha menggali informasi dari si vampir barusan, "Jadi kenapa ada vampir seperti mu disini?" Aku langsung mengajukan pertanyaan utama. "Kawena dishini mefang nya temphat aku tingal." Apa vampir ini tidak bisa berbicara dengan jelas.

"Hei bicara dengan jelas."

"Baghaimana aku fisa berficara denghan jelash, liat bibhir ku habish kau hahar thuan."

"Ya itu karena salah mu sendiri. Sini biar ku perbaiki."

'plak'

"Bagaimana mendingan bukan?"

"Ah iya kau hebat Tuan! Walaupun tetap menyakitkan huhuhu.."

"Cepat jawah pertanyaan ku! Kenapa ada vampir seperti mu disini?"

"Aku memang tinggal disini! Karena ini adalah kota vampir!"

"Kota vampir?!" Aku rasa aku baru saja terlibat dalam masalah besar.

"Kami adalah vampir spesial. Kami bisa hidup di bawah sinar matahari, namun kami tidak memiliki kekuatan di bawah sinar matahari, sehingga kami nampak seperti manusia biasa. Hebat bukan? Hahaha." Bangga sekali dia.

"Vampir bodoh mau kupukul lagi kau?"

"Hiih ampun."

Sepertinya ini adalah masalah besar. "Hei vampir, tunjukkan dimana markas mu." Aku akan langsung menyelesaikan ini dari akar nya.

"Aku tidak akan memberitahu mu! Karena itu adalah rahasia!" Vampir ini memiliki solidaritas yang tinggi juga. "Okelah kalau begitu mau mu." Aku mengambil tas ku dan berusaha meraih sesuatu.

"Sekarang bagaimana? Apa kau masih tidak mau?" Aku memberikan koin yang tadi.
"Eh? Koin sebanyak ini? Tunggu, ini kan koin lama. Apa kau coba menipu k- ughek!" Aku menendang wajahnya.

"Kau menghabisi kesabaran ku! Aku akan mencopot taring mu itu sehingga kau tidak bisa makan lagi!"

"Hiih jangan! Ini adalah satu satunya hal yang aku miliki tolong!"

"Kalau begitu turuti apa kataku!"

"Baik baik lepaskan aku dulu."Aku melepaskannya dan dia pun terengah-engah.

Vampir ini membuang-buang waktu ku. Setelah si vampir mendapatkan kekuatan untuk berdiri, akhirnya dia mau membawa ku ke markasnya. "Tunggu Aku Menghuo! Aku akan segera menyelamatkan mu!" Aku berharap masalah tidak datang silih berganti.


Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun