"Soca, aku rasa kau harus menyelesaikan ini, aku tak mau kita sampai terlambat." Suruh Arya.
"Alah, sudahlah. Tanpa kau suruh aku juga akan menyelesaikan ini. Aku sudah terlalu malas."
Aku segera membuka pintu mobil dan berjalan menuju orang itu. "Hmm jadi apa mau mu? Aku tak ada waktu untuk melayani mu disini, jadi pergilah."
Orang itu hanya diam, seperti biasa. "Heh sudahlah." Aku berbalik untuk kembali masuk ke mobil.
"Aku harap kau tidak melupakan apa yang sudah aku lakukan dan kau pasti sudah tahu apa yang akan aku lakukan selanjutnya, seperti biasa. Mungkin kali ini kau tidak akan berhasil, aku tahu kau tidak akan pernah berhasil, kau hanya beruntung." Kata kata membuatku menoleh kembali.
"Owh begitu? Ayo kita buktikan perkataan mu itu, Tuan Hendrik."
Aku membuka pintu mobil dan kembali duduk,"Sudah selesai, ayo pulang." Kata ku datar. Arya hanya diam sambil kembali menjalankan mobilnya. "Jadi apa yang kau katakan padanya?" Tanya Arya. "Aku hanya menyuruhnya untuk pergi."
"Heh kau memang cuek seperti biasanya, itulah yang membuat aku tertarik padamu waktu itu."
"Heh terserah."
Malam itu tepat pukul 00:10 seorang gadis bernama Grise Anastasia kembali memulai hidupnya lagi. Mata yang telah melihat semuanya, masa lalu, masa kini, dan masa depan. Semuanya terlihat serupa, jalan yang sudah terlihat jelas, hidup yang sudah terduga, kematian yang tak lagi menakutkan, karena mata itu sudah melihat semuanya.
[Bersambung...]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI