Mohon tunggu...
SR W
SR W Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia

Yow yow yow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah dari Sang Barista yang Jatuh Cinta

23 Februari 2019   04:02 Diperbarui: 23 Februari 2019   18:15 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kulanjutkan aktifitasku, menyulap setiap biji kopi menjadi secangkir kenikmatan yang ku sajikan pada setiap pelanggan untuk memenuhi hasrat kepuasan yang mereka inginkan. Sebagai pewarna obrolan mereka dengan masing-masingpasangan untuk mengeratkan tali kemesraan bersama sang pujaan, di malam minggu ini.

Aku sudah rela jika kau benar-benar tidak memenuhi janjimu itu. Yang kupikirkan saat ini adalah cangkir-cangkir kopiku turut berkontribusi pada setiap kemesraan yang bertebaran di setiap sudut ruang kedai kopi ini. 

Yang kau perlu tahu, kekasih. Hari ini tidak ada secangkir kopipun yang kugambar bentuk hati. Hal itu sengaja kuperbuat, dengan maksud kopi bergambar hati hanya akan kuberikan pada orang yang tepat.

Begitulah aku, selalu melankolis. Tapi tenang, aku berjanji tidak akan memberikan sekeping bentuk hati pada cangkir kopi manapun sebelum dirimu datang. Malam minggu, berjalan begitu lambat. Tiap-tiap jarum jam, seperti enggan melaju seperti biasanya.

Bangsat! Meski sudah kuusahakan untuk merelakan kau tidak datang, tapi harapan itu masih saja membelit pikiranku. 

Delapan lewat empat puluh dua. Aku baca dengan jelas waktu yang tertera pada selembar pesanan yang keluar dari mesin cetak.

Kucabut dengan cepat kertas itu, kubaca berulang kali nama pemesan yang tertera. Aku tahu sekali, ini adalah namamu. Mungkin kau sengaja menyebutkan namamu dengan lengkap kepada kasir, seraya memberi tahuku bahwa kau sudah datang.

"Tapi di mana?" batinku.

Pandanganku menelusuri setiap meja yang ada di depan bar-ku. Kuteliti satu persatu, mencari wajah ayu dirimu. Di ujung sana! Meja dengan seri B11. kau melemparkan senyuman ke arahku. Kau sangat cantik malam itu, kekasih. Dengan kemeja putih, rambut hitam yang terurai, dengan sorot mata tajam yang tertuju padaku.

Rasanya, ada gejolak semangat yang kembali terbakar saat kutahu kau benar-benar datang. Kulambaikan tanganku kearahmu, seraya memberi tahu bahwa pesananmu akan segera tiba.

Seperti yang sudah kuceritakan di awal tadi. Bahwa degub jantung ini rasanya aneh. Sudah lama aku tidak merasakan hentakan jantung yang semeriah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun