"saya risih," katanya, "ndak biasa."
Acara rapat dimulai, ia menyimak dengan cermat pidato perempuan tua yang waktu itu turut berkunjung kerumahnya.
-
Di desa tempat tinggalnya dahulu. Warga masih sibuk meng-gossip-kan ia. Tapi kali ini dengan topik yang berbeda. Ada yang menganggap bahwa ia beruntung. Ada yang iri, kemudian menjelek-jelekkan citra ia. Ada juga yang menyanjung-nyanjungnya bak memuja seorang Nabi baru.
"kabarnya ia bakal memimpin kelurahan kita tahun depan." Ujar seorang ibu-ibu yang sedang ngerumpi sambil memilih sayuran di pasar.
"syukurlah kalau begitu." Kata pedagang sayur.
"kok syukur, pak?" protes salah seorang pembeli, yang turut nimbrung mengelilingi gerobak sayur.
"ya syukur to," kata pedagang sayur, menanggapi santai "ia kan dulunya rakyat kelas bawah. Dijamin, ia mengerti kebutuhan rakyat seperti kita ini." tuturnya.
-
Tahun-tahun berlalu. Perubahan di kelurahan yang dipimpin ia mengalami banyak perubahan, selama satu periode. Transportasi, peremajaan jalan, dan masih banyak lagi prestasi yang diraih oleh ia. Bahkan tahun ini adalah tahun keduanya menjabat sebagai lurah di desa ini.
Tapi kabar yang bertebaran di masyarakat setempat. Tahun depan ia akan dibawa ke kota besar, untuk memimpin kelurahan disana.