"Apa?"
"Dia pergi. Semua surat yang dia tulis sudah habis kutaruh di atas meja. Sesuai permintaannya."
"Maksud kamu?"
"Surat-surat untuk Ayah." Dia mengarahkan telunjuknya ke atas meja.
Aku menemukan secangkir teh, beserta secarik pesan singkat seperti biasanya. Aku membaca isinya. "Semoga harimu menyenangkan, aku mencintaimu." Sebuah pesan tanpa tanggal, dan bisa kukenali jika tulisan tersebut memang bukan tulisan wanita itu.
"Ini tulisanmu?"
Ia mengangguk.
"Dan teh ini?"
Ia kembali mengangguk.
"Apa yang ingin kamu lakukan dengan kursi itu?"
"Aku ingin membukakan gorden untuk Ayah. Seperti yang biasa dilakukan olehnya."
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!