Saya tahu persis suara itu.
"Tidak juga," jawab saya.
"Saya terlambat karena harus menunggu ayah saya lengah. Ada apa?" tanya dia penasaran sambil perlahan duduk di sebelah saya.
"Saya sudah siap," jawab saya tegas.
"Kamu yakin?"
"Tentu." Saya menatap wajah dia pekat-pekat, "uang saya sudah terkumpul dan tekad saya sudah bulat."
"Oya," kata dia tersenyum, "kapan?"
"Bagaimana kalau malam ini?" kata saya memberi pilihan. Dia terdiam sebentar.
Akhirnya, setelah berbincang sedikit, saya dan wanita ini sepakat untuk menghadap ayahnya pada keesokan malamnya. Berhubung kata dia, ayahnya akan ada kesibukan malam ini. Â Jadi dia menawarkan malam berikutnya. Saya pun mengiyakan.
***
Tibalah malam tersebut. Malam di mana saya akan bertemu ayah dari wanita ini untuk pertama kali. Jujur saja saya agak cemas dan takut.