Iwak sapat dalam bahasa Banjar, yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti ikan sepat, merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di perairan rawa, sungai atau danau tawar. Ikan sepat dapat dengan mudah ditemukan pada perairan Kalimantan Selatan, terkhusus di sawah-sawah perkampung saya.Â
Jika sudah memasuki musim hujan dan sawah menjadi banjir, ayah saya biasanya akan membentang jaring panjang dari tali nelon transparan yang tipis, atau disebut sebagai ringgi. Ringgi ayah saya memiliki ukuran jala yang ranggang (lebar), supaya ikan-ikan sepat atau ikan-ikan lainnya yang sudah berumur dan cukup besar saja yang tersangkut.
Di awal musim banjir biasanya ikan sepat yang didapat oleh ayah saya sangat banyak. Bahkan bisa memakan waktu dua jam hanya untuk melepaskan ikan-ikan itu. Meski jaring tersebut dikhususkan untuk menangkap sepat, tidak jarang juga ada ikan lain yang terperangkap. Seperti nila, papuyu, bahkan juga ada belut dan ular tanah.
Jika ikannya terlalu banyak, tentulah tidak semuanya bisa kami makan. Untuk itu, ibu saya biasanya akan menjemur ikan-ikan sepat itu hingga kering.
Orang Banjar terbiasa menyebut ikan sepat yang dijemur hingga kering itu sebagai Iwak Sapat Karing. Suguhan kuliner super murah dan super sederhana namun dengan cita rasa khas yang luar biasa.
Cara membuat ikan sepat kering sangat mudah. Terlebih dahulu ikan sepat disiang (dibersihkan), dengan cara dikelupas sisiknya, serta dipotong bagian bawah kepala ikan tersebut untuk kemudian dicuci dengan air.
Setelah itu, taburkan garam secara bolak-balik dan merata di permukaan kulit ikan sepat yang sudah dibersihkan tadi. Terakhir, ikan sepat dijemur di bawah terik matahari sehari atau dua (tergantung cuaca) hingga benar-benar kering dan menyerupai kerupuk yang siap untuk digoreng.
Untuk membuat cacapan atau cocolan tadi, kita hanya perlu menyiapkan piring, tentunya, kemudian limau kuit. Jika tidak ada, bisa diganti dengan limau nipis, bahkan asam kamal (asam Jawa). Tergantung selera kita. Saya sendiri cenderung lebih suka cacapan asam kamal.
Jika sudah, bersihkan limau kuit, limau nipis, atau asam Jawa tersebut. Untuk limau, potong kira-kira seperempat. Lalu taruh di piring.
Setelah itu, ambil bawang merah dan bawang putih. Potong tipis sebiji bawang merah dan satu siung bawang putih. Bisa lebih banyak sesuai porsi cacapan yang kita perlukan. Tambahkan satu sendok makan garam, serta sedikit micin. Jangan terlalu banyak. Karena kita tahu sendiri mitos micin yang digembar-gemborkan netizen.
Selanjutnya, tambahkan sedikit air. Setidaknya seujung kuku. Rasa hambar atau asin tergantung lidah kita nantinya. Bisa sesuaikan sendiri. Setelah semua bahan cacapan terendam, hal yang perlu kita lakukan hanyalah memerah limau kuit, limau nipis, atau asam Jawa yang ada di piring. Terakhir, tinggal tambahkan cabe rawit sesuai tingkat kepedasan yang kita mau.
Jika Anda ingin memasak ikan sepat kering, namun kebetulan Anda malas mencari ikan sepat, atau pun malas menjemurnya hingga kering, Anda bisa datang ke sentral oleh-oleh di Kalimantan Selatan, entah itu di Banjarmasin, Kandangan, atau pun Banjarbaru untuk membelinya. Bahkan Anda bisa dengan mudah menjumpainya di pasar-pasar tradisional seperti Pasar Batuah Martapura. Tidak jarang juga ikan sepat kering dijajakan keliling oleh ibu-ibu. Khususnya di sekitaran tempat saya.
Sebenarnya masih ada banyak kreasi masakan yang dapat menambah selera serta memperkaya rasa dari ikan sepat kering.
Bagaimana? Tertarik membuat atau memasak ikan sepat kering?
Martapura, Juli 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H