Perempuan itu melihat ada perempuan lain pada cerminnya yang hampa. Semacam bayangannya sendiri. Namun ketika ia tersenyum, bayangan itu menangis. "Aku mengenalmu, kuharap begitu," ucapnya pada cermin yang bisu. Dia benar-benar ingin tahu siapa perempuan itu, kemudian menatap mata sendunya yang menyimpan banyak cerita-kesedihan-yang tak terucapkan.
"Kau menangis sepanjang malam?" Dia bertanya, namun hanya kekosongan di balik cermin yang menjawabnya.
Perempuan pada cermin menatap balik ke arahnya, matanya berbinar.
"Aku ingat, kau kekasih lelaki berwajah malaikat dengan pisau berdarah. Hatimu terlalu mudah jatuh dan patah."
Matanya semakin merah dan basah.
"Maaf, aku tidak bermaksud membuat lukamu tambah parah."
Keduanya beku beberapa saat.
"Andai aku tahu cara membuatmu merasa lebih baik."
Isak perempuan pada cermin terhenti sejenak.
"Kau menangis karenanya, dia tertawa setelah meninggalkanmu. Itu tak adil, tahu?"
Ia menatap, lagi.