"Kalian... siapa?"Â Â
Suara itu bergema di kepala mereka, bukan di telinga. Dimas mundur selangkah, sementara Tari mengepalkan tangannya. Â
Raka berusaha menenangkan dirinya. "Kami hanya ingin menyelamatkan adikku," katanya lirih. "Dia sakit parah... Kakek Joyo bilang air ini bisa menyembuhkannya."Â Â
Hening. Bayangan itu seakan menimbang kata-kata mereka. Â
Tiba-tiba, suara tawa samar terdengar dari berbagai arah. Bisikan-bisikan berputar mengelilingi mereka. Â
"Air ini... bukan untuk sembarang orang..."Â Â
Lela menggigil. "Kita tidak akan berhasil..." bisiknya. Â
Namun Raka tetap berdiri tegak. "Kami tidak menginginkan apa pun selain menyelamatkan Naya," katanya lagi, lebih mantap. "Kalau air ini memang hanya untuk mereka yang benar-benar membutuhkan, biarkan kami membawanya."Â Â
Sosok itu diam sesaat, lalu mengangguk perlahan. "Ambillah."Â Â
Tangan Raka gemetar saat ia mengisi botol kaca. Begitu botol terisi penuh, cahaya kolam perlahan meredup. Sosok penjaga hutan itu lenyap bersama kabut, menyisakan keheningan yang menelan suara mereka. Â Â
Perjalanan pulang terasa lebih ringan. Meski sesekali mereka masih mendengar suara-suara aneh, kini mereka tidak lagi takut. Â