Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Panggilan yang Terlupakan

8 Januari 2025   00:01 Diperbarui: 7 Januari 2025   20:14 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: solusipeduli.org

Air mata Mar'en mengalir deras mendengar adzan yang dikumandangkan murid-muridnya. Dalam diamnya, ia bersyukur kepada Allah yang telah membukakan mata hatinya. Ia menyadari bahwa kehilangan suaranya bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari sebuah perjalanan baru yang lebih bermakna. Allah telah memberinya cara yang berbeda untuk melayani umat, cara yang bahkan lebih dalam dampaknya dari sekadar menjadi seorang muadzin.

Melalui murid-muridnya, suara adzan yang ia rindukan akan terus berkumandang, membawa pesan tentang kekuatan hati yang melampaui keterbatasan fisik. Mar'en akhirnya memahami bahwa panggilan sejatinya tidak pernah hilang -- ia hanya berubah bentuk, dari suara yang memenuhi langit menjadi cahaya yang menerangi hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun