Mohon tunggu...
Syahrial
Syahrial Mohon Tunggu... Guru - Guru Madya

Belajar dari menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mekar di Musim Hujan

30 Desember 2024   05:26 Diperbarui: 30 Desember 2024   05:26 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Meta AI

Keindahan taman yang kembali pulih menginspirasi Pak Jufri untuk membuka kembali toko tua di depan rumah. Dulu, toko itu adalah tempat Minah menjual barang-barang antik koleksi mereka – vas Tiongkok, lampu gantung kristal, jam-jam kuno, dan berbagai pernak-pernik bersejarah. Kini, Pak Jufri menambahkan tanaman hias ke dalam koleksi toko, menciptakan perpaduan unik antara masa lalu dan kehidupan baru.

Si Oyen menjadi daya tarik tersendiri bagi toko itu. Pengunjung terpesona dengan cerita tentang kucing yang tak pernah tidur, yang selalu mengawasi toko dengan mata kuningnya yang misterius. Beberapa pelanggan percaya Si Oyen membawa keberuntungan, yang lain menganggapnya sebagai penjaga spiritual toko. Tapi bagi Pak Jufri , Si Oyen adalah pengingat bahwa hidup harus terus berjalan, bahwa kesedihan tidak boleh mengalahkan harapan.

Suatu malam, ketika hujan kembali membasahi Gunung Batu , Pak Jufri duduk di teras dengan secangkir teh jahe. Si Oyen, seperti biasa, duduk di sampingnya. Lampu toko yang temaram menciptakan bayangan-bayangan yang menari di dinding, sementara aroma melati dari taman bercampur dengan wangi tanah basah.

"Terima kasih," bisik Pak Jufri pada Si Oyen, tangannya mengusap lembut kepala kucing itu. "Kamu mengingatkan aku bahwa cinta tidak pernah mati. Ia hanya berubah bentuk, seperti bunga yang layu namun meninggalkan benih untuk kehidupan baru."

Si Oyen mengeong pelan, matanya yang tak pernah lelah menatap ke arah foto Minah yang kini dipajang dengan bangga di dinding toko. Dalam foto itu, Minah tersenyum di tengah taman mawar, seolah memberi restu pada perubahan yang terjadi.

Di yang sunyi, toko tua itu kini menjadi tempat orang-orang mencari tidak hanya tanaman dan barang antik, tapi juga kisah tentang cinta yang bertahan melampaui waktu. Setiap pengunjung yang datang akan disambut oleh Si Oyen, kucing dengan mata yang tak pernah tidur – simbol dari harapan yang tak pernah padam dan cinta yang tak pernah mati.

Pak Jufri akhirnya memahami bahwa kesedihan dan kebahagiaan bisa hadir bersama dalam kenangan, seperti hujan dan pelangi yang saling melengkapi di langit Gunung Batu . Dan Si Oyen, dengan matanya yang selalu terjaga, terus menjadi saksi bisu perjalanan seorang pria tua menemukan kembali makna hidup di antara bunga-bunga yang bermekaran dan kenangan yang tak pernah layu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun