"Lalu warung ini?" Bu Yanti mengedarkan pandangan ke sekeliling.
"Ini warung peninggalan orangtua saya. Setelah putus dengan dia, saya fokus mengelola warung ini. Awalnya sepi, sampai suatu hari ada seorang ibu yang masuk sambil menangis. Mirip seperti Mbak Nining tadi." Kak Dayang tersenyum pada Mbak Nining.
"Ibu itu curhat tentang suaminya yang selingkuh. Saya jadi merasa bersalah, teringat masa lalu. Sejak itu, setiap ada yang curhat, saya selalu mendengarkan. Lama-lama warung ini jadi tempat curhat para istri yang punya masalah rumah tangga."
"Tapi Kak Dayang selalu kasih solusi yang... unik," celetuk Bu Lisa.
"Maksudnya yang kemarin itu? Yang saya suruh Bu Lisa pasang GPS di mobil suami?" Kak Dayang tertawa. "Itu kan supaya Bu Lisa tidak perlu capek-capek membuntuti suami seperti detektif. Toh ujung-ujungnya yang salah tetap suami Bu Lisa."
"Atau yang waktu itu, Kak Dayang menyarankan saya untuk ikut arisan di tempat selingkuhan suami," tambah Bu Dewi. "Ternyata benar, selingkuhannya langsung kabur begitu tahu saya berteman dengan teman-temannya!"
"Nah, yang begitu-begitu yang saya maksud unique approach," kata Kak Dayang sambil mengedipkan mata. "Percuma marah-marah, nangis-nangis, atau ancam cerai kalau ujung-ujungnya baikan lagi. Mending kita pikir cara yang smart."
"Terus saya harus bagaimana, Bu?" tanya Mbak Nining.
"SPG ya? Gampang. Besok Mbak ke mall itu, cari SPG-nya. Ajak ngobrol baik-baik, tanya dia suka makanan apa. Terus Mbak masak makanan itu, bawa ke mall, kasih ke dia. Bilang 'Ini masakan saya, suami saya bilang kamu suka ini. Dia memang perhatian ya sama semua orang. Saya jadi terharu.'"
"Hah? Kok malah dikasih makanan?" Mbak Nining bingung.
"Trust me. Tidak ada yang lebih membuat selingkuhan merasa bersalah daripada kebaikan dari istri sah," Kak Dayang menjelaskan. "Kalau Mbak marah-marah, dia akan merasa benar karena menganggap Mbak istri yang galak. Tapi kalau Mbak baik, dia yang akan merasa jadi orang jahat."