Ibu Dinda terkejut, namun matanya yang lelah itu perlahan menunjukkan senyum yang hangat. "Terima kasih, Siti. Kamu baik sekali. Memang, aku hampir lupa untuk makan pagi tadi."
Mereka berdua duduk bersama, menikmati sarapan sederhana itu. Ibu Dinda merasa sedikit lebih ringan. Mungkin, hal-hal kecil seperti ini yang sering kali terlupakan dalam kesibukan sehari-hari. Dalam keheningan itu, mereka berbicara tentang banyak hal, dari pekerjaan rumah sampai harapan-harapan kecil yang terkubur dalam kelelahan.
Di kelas X-3, suasana kembali ceria. Ibu Dinda kembali memberikan materi dengan semangat, meskipun tubuhnya masih lelah. Namun, ia merasa lebih dihargai, lebih didukung. Dan itulah yang dibutuhkan seorang guru: dukungan, apresiasi, dan sedikit waktu untuk beristirahat. Meski tidak banyak orang yang memahami betapa berat beban yang dipikulnya, Ibu Dinda mulai menyadari bahwa sedikit perhatian, bahkan dari seorang murid seperti Siti, bisa membuat perbedaan yang sangat berarti.
Sejak itu, Siti bertekad untuk selalu membantu Ibu Dinda. Ia tahu, kadang-kadang, yang dibutuhkan seseorang bukan hanya kata-kata semangat, tetapi juga tindakan nyata yang menunjukkan kepedulian. Sebab, di balik senyum seorang guru, ada banyak hal yang tak terlihat oleh murid-muridnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H